Berbekal pelatihan dan dukungan dari PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), warga kini bergerak untuk mengembangkan ekowisata mangrove berbasis komunitas.
Langkah ini tak hanya ditujukan untuk menjaga kelestarian alam, tetapi juga membuka peluang usaha baru dan membangkitkan perekonomian lokal. Lewat pelatihan budidaya mangrove yang digelar pada 7-8 Mei 2025, sebanyak 20 anggota Kelompok Tani Hutan “Wana Lestari” dilibatkan sebagai pionir konservasi dan pemberdayaan pesisir.
Dari rumah bibit ke peluang usaha pangan
Program pelatihan ini digelar di sekitar kawasan Warung Pinggir Kali (WPK) Desa Bunton, yang termasuk Ring 1 dari PLTU Jawa Tengah 2 Adipala. PLN EPI memasok energi primer ke PLTU tersebut dan secara aktif memetakan program pengembangan masyarakat sejak awal tahun.PLN EPI mencatat telah tersedia lahan seluas 400 meter persegi sebagai rumah pembibitan mangrove, dengan kapasitas 5.000-10.000 bibit.
Tak hanya fokus pada penanaman, program ini juga diarahkan untuk menghasilkan produk olahan pangan berbasis mangrove seperti keripik, sirup, tepung, dodol, hingga stik.
Baca juga: Menekan Emisi Karbon dengan Penanaman Ribuan Bibit Mangrove di Bali |
“Kami ingin program ini tak berhenti pada pelatihan, tapi terus berlanjut hingga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Konservasi lingkungan harus kita padukan dengan manfaat ekonomi agar hasilnya lebih inklusif dan berkelanjutan," ujar Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan dalam keterangan tertulis, Selasa, 20 Mei 2025.
Kolaborasi desa hingga akademisi
Pelatihan ini bukan program sepihak. PLN EPI menggandeng berbagai pemangku kepentingan, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).Mereka dilibatkan dalam edukasi teknik budidaya, pembinaan kelompok, hingga pengembangan Rumah Bibit Mangrove.
Kepala Desa Bunton, Sudin menyambut baik inisiatif ini. “Kami bersyukur bisa berkumpul dengan sehat dan semangat, serta belajar bersama untuk memperkuat kelompok tani agar semakin mandiri. Terima kasih kepada PLN EPI dan semua pihak yang mendukung kegiatan ini", ujar Sudin.
Ekowisata mangrove jadi aset masa depan
Ekowisata mangrove dinilai sebagai potensi unggulan yang bisa menjadi penggerak ekonomi lokal, sebagaimana telah terbukti di wilayah Kampung Laut, Cilacap.Camat Adipala, Teguh Prastowo, menekankan pentingnya pelestarian kawasan mangrove.
“Kalau kita pelihara dengan baik, kawasan ini bisa tumbuh jadi destinasi unggulan. Apalagi di Kampung Laut, Mangrove sudah dikembangkan sebagai pusat wisata. Ini bisa kita adopsi untuk membangun kawasan yang serupa," ujar Teguh.
Mamit Setiawan menegaskan bahwa perusahaan berfokus pada tiga pilar penguatan UMKM, pelestarian lingkungan, dan pendidikan melalui pelatihan.
“Kami realisasikan di awal melalui pendidikan pelatihan mangrove hari ini di Desa Bunton dan site visit ke Ekowisata Arboretum Mangrove di Kampung Laut," kata Mamit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News