Sirkular ekonomi diyakini merupakan salah satu solusi terbaik untuk atasi masalah sampah plastik (Foto:Freepik)
Sirkular ekonomi diyakini merupakan salah satu solusi terbaik untuk atasi masalah sampah plastik (Foto:Freepik)

Mengulik Potensi Ekonomi Sirkular dari Sampah Plastik PET

Gervin Nathaniel Purba • 23 Agustus 2021 08:00
Jakarta:  Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar setelah Tiongkok.
 
Pemeringkatan tersebut diperoleh dari data Jambeck (Jenna Jambeck, profesor teknik lingkungan dari University of Georgia, AS), yaitu Indonesia menghasilkan sampah plastik 187,2 juta ton. Angka tersebut mengekor di bawah Tiongkok sebanyak 262,9 juta ton.
 
Data dari Waste4Change menunjukkan Indonesia menghasilkan sampah 175 ribu ton per hari. Timbunan sampah tersebut hanya 7,5 persen yang mampu didaur ulang dan dijadikan kompos. Sisanya, sebanyak 10 persen sampah ditimbun, lima persen sampah dibakar, dan 8,5 persen tidak terkelola.
 
Banyaknya sampah yang belum dikelola tersebut membutuhkan penanganan. Salah satu caranya dengan mendaur ulang limbah plastik. Daur ulang limbah plastik ini merupakan penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular.
 
Model ekonomi sirkular bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna dan dimanfaatkan kembali, serta bernilai ekonomis tinggi.  Selain itu juga sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru.
 
Untuk menggerakkan ekonomi sirkular, Le Minerale bekerja sama dengan ADUPI dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) melakukan inisiasi proyek Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional, pada Februari 2021.
 
Kerja sama multistakeholder ini merupakan komitmen bersama untuk meningkatkan dan menggalakkan kegiatan sirkular ekonomi sebagai salah satu cara mengatasi isu sampah plastik. Kerja sama ini mencakup kegiatan edukasi dan mendukung waste management di rumah dan lingkungan masyarakat.
 
IPI berperan sebagai pengepul sampah yang mengoleksi sampah plastik dan galon. Saat ini IPI membina 3,7 juta anggota di 25 provinsi seluruh Indonesia. Sementara, ADUPI mempunyai peran melakukan pengolahan sampah plastik menjadi bahan baku untuk dijadikan produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.
 
Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja menjelaskan Le Minerale meyakini sirkular ekonomi merupakan salah satu solusi terbaik untuk atasi masalah sampah plastik. Pihaknya juga berkomitmen tinggi untuk mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah bersinergi.
 
"Kerja sama ketiga pihak ini diharapkan semakin luas dan bermanfaat. Inisiatif Le Minerale beserta para mitra ini juga diharapkan dapat menjadi solusi tepat dalam mengatasi permasalahan sampah plastik," katanya.
 
 

Sampah Plastik PET Primadona Dunia


 
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengatakan sampah plastik PET (polyethylene terephthalate) sangat diminati oleh seluruh industri daur ulang di seluruh dunia. Tingginya peminat sampah PET lantaran recycle content menjadi tren saat ini.
 
"Di Amerika Serikat dan Eropa sudah mengharuskan recycle content itu 25 persen masuk kepada produk. Jadi mau tidak mau kita harus memungut botol itu karena punya nilai ekonomis," ujar Christine.
 
Baginya, hal ini bisa menjadi berkah bagi masyarakat dalam meningkatkan ekonominya. Terlebih, plastik PET merupakan bahan yang mudah didaur ulang dibandingkan jenis plastik yang lain.
 
"Kami juga sudah melakukan banyak ekspor karena harga jual daur ulang PET memang lebih bagus," ujarnya.
 
Dengan kolaborasi antara Le Minerale, ADUPI, dan IPI diharapkan dapat mampu mendorong Indonesia mandiri bahan baku ke depannya. Indonesia tidak perlu lagi mengimpor sampah untuk keperluan bahan baku industri daur ulang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan