Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Selain itu data dari Waste4Change memperlihatkan Indonesia menghasilkan sampah 175 ribu ton per hari. Timbunan sampah tersebut hanya 7,5 persen yang mampu didaur ulang dan dijadikan kompos. Sisanya, sebanyak 10 persen sampah ditimbun, lima persen sampah dibakar, dan 8,5 persen tidak terkelola.
Hal ini tak bisa dibiarkan. Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan komitmen mengatasi sampah plastik.
Menteri KLHK Siti Nurbaya bahkan telah menyatakan komitmen Indonesia menanggulangi polusi plastik dan sampah laut pada saat menjadi pembicara di acara High Level Dialogue atas undangan United Nations Environmental Program (UNEP), 1-2 September 2021.
Dalam pertemuan yang diikuti 40 pejabat setingkat menteri bidang lingkungan hidup dari berbagai negara itu, Siti Nurbaya menjelaskan tentang langkah penanganan sampah laut di Indonesia, kehadiran Pusat Pengembangan Kapasitas Kebersihan Laut di Bali, serta berlakunya Extended Producer Responsibility, dan telah dimulainya langkah pendekatan ekonomi sirkular.
"Indonesia juga mendukung langkah-langkah perundingan kerangka kerja global penanggulangan sampah laut dan polusi plastik yang sedang berlangsung," ucap Siti Nurbaya.
Menggarisbawahi langkah pendekatan ekonomi sirkular, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B-3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan saat ini ada tiga pendekatan yang dilakukan pemerintah, yaitu zero waste melalui perubahan perilaku, pendekatan teknologi, dan pendekatan ekonomi sirkular.
“Prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle, dan ekonomi sirkular sudah menjadi kerangka kerja dalam kebijakan nasional dan strategi pengelolaan sampah di darat maupun laut,” kata Vivien.
Pendekatan ekonomi sirkular dinilai sebagai kerja sama saling menguntungkan karena sampah plastik mendatangkan nilai ekonomi baru, sekaligus mengurangi timbunan sampah yang akhirnya berdampak positif terhadap lingkungan.
“Ini solusi yang baik dalam soal penanganan limbah plastik. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, keberadaan industri daur ulang limbah plastik juga bisa mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul. Sebuah win-win solution,” kata Vivien.
Kegiatan daur ulang limbah plastik merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular. Beberapa jenis plastik memiliki nilai ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah plastik jenis PET yang memiliki permintaan tinggi di industri daur ulang.
Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi KLHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi.
PET (polyethylene terephthalate) adalah jenis plastik yang banyak digunakan sebagai bahan baku produk plastik, seperti kemasan botol dan galon air minum karena sifatnya yang unggul, di antaranya berwarna jernih, ringan, mudah dibentuk, tidak mudah pecah.
Kemasan plastik yang berbasis PET juga lebih higienis dan aman digunakan, serta mudah didaur ulang, dan bernilai ekonomis relatif tinggi. Melalui ekonomi sirkular, sampah plastik didaur ulang dan memiliki nilai sosial ekonomi bagi masyarakat.
Ekonomi sirkular mulai dijalankan oleh Le Minerale bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), yaitu menggagas proyek Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale. Gerakan ini merupakan komitmen multi-stakeholder dalam pengelolaan sampah plastik polyethylene terephthalate (PET).
Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale yang diluncurkan pada Februari 2021 ini, menargetkan peningkatan collection rate & recyling rate plastik sebesar 20 persen. Upaya yang dilakukan Le Minerale tersebut sejalan dengan tekad pemerintah mewujudkan Indonesia bersih sampah pada 2025 dengan pengurangan 30 persen dan penanganan 70 persen pengurangan sampah.
Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja mengatakan Le Minerale mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah nasional dan ikut mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama mengelola sampah.
"Melalui program Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale, kami berjuang untuk meningkatkan collection rate dan recycling rate tumbuh di atas 20 persen. Le Minerale akan terus mengedukasi konsumen untuk dapat memilah sampah, mengenalkan konsep ekonomi sirkular dan juga bermitra dengan siapapun yang mau bersama-sama mengelola sampah," kata Ronald Atmadja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id