Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Foto: Dok KLHK
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Foto: Dok KLHK

95% Hutan Gambut di SM Rawa Singkil Masih Utuh, Modal Atasi Krisis Iklim Dunia

Medcom • 08 Agustus 2024 19:28
Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan lebih dari 95 persen hutan gambut di Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil yang luasnya mencapai 82 ribu hektare di Aceh, masih dalam kondisi utuh. SM Rawa Singkil merupakan komponen penting dari Kawasan Ekosistem Leuser yang mencakup lebih dari 2,6 juta hektare.
 
"Ekosistem ini telah memenuhi target iklim FOLU (Forestry and Other Land Uses) Net Sink jauh sebelum batas waktu 2030," kata Siti melalui keterangan tertulis, Kamis, 8 Agustus 2024. 
 
Saat ini KLHK tengah menangani 5% dari luas SM Rawa Singkil yang berupa vegetasi non-hutan yang terkena dampak perambahan dan masalah lainnya. Penanganan dilakukan melalui penegakan hukum kolaboratif dan keterlibatan masyarakat.

"Tim gakkum (penegakan hukum) terpadu sudah beberapa minggu ini ada di lapangan. Dan saya dilaporkan secara berkala dari lapangan," kata Siti.
 

Restorasi bertahap

Dari laporan lapangan, Siti mencatat revegetasi alami mengalami kemajuan pascaperambahan di beberapa bagian vegetasi non-hutan. Hal ini akan dilengkapi dengan pengayaan spesies vegetasi lokal. 
 
"Sedangkan untuk kawasan vegetasi non-hutan yang ditanami kelapa sawit akan kami restorasi secara bertahap," kata dia.
 
Siti menyoroti temuan analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Menurut analisis satelit resolusi tinggi dan pemeriksaan lapangan, Siti memastikan lebih dari 95% hutan gambut di SM Rawa Singkil masih dalam kondisi utuh.
 

Target FOLU Net Sink

Siti memastikan utuhnya hutan gambut di SM Rawa Singkil membuat tujuan FOLU Net Sink tercapai dengan baik. Menurut dia, status FOLU Net Sink di Kawasan Ekosistem Leuser tetap stabil dan sangat positif.
 
"Kami yakin Indonesia tetap berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan FOLU Net Sink 2030. Kita akan terus menjadi negara adidaya dalam memerangi krisis iklim berkat hutan alam dan sumber daya karbon biru yang luas," kata dia.
 
Siti melanjutkan pencapaian FOLU Net Sink sebelum target 2030 di Kawasan Ekosistem Leuser menambah kepercayaan diri pemerintah untuk terus melindungi badak, orangutan, harimau, dan gajah Sumatra.
 
"Indonesia tidak akan pernah goyah dari status negara adidayanya dalam menghadapi krisis iklim," kata dia.
 

Apa itu FOLU Net Sink 2030?

Forestry and Other Land Uses (Folu) Net Sink 2030 berarti dokumen penyerapan bersih karbon sektor hutan dan penggunaan lahan. Folu Net Sink ini akan membawa Indonesia menuju capaian komitmen kontribusi penurunan emisi yang ditetapkan secara nasional pada 2030.
 
Baca: Platform Regional Perkuat Ketahanan Air untuk Adaptasi Perubahan Iklim

Folu Net Sink 2030 merupakan bagian strategi Indonesia untuk menjamin tercapainya tujuan Paris Agreement. Langkah yang dilakukan adalah menahan kenaikan laju suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius.
 
Folu Net Sink 2030 juga menjadi panduan Indonesia dalam melakukan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan Iklim. Folu Net Sink 2030 ini juga merupakan bagian dari aspirasi Indonesia menuju Long-term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) pada 2050.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan