(Istimewa)
(Istimewa)

CCE Dorong Inovasi Ekonomi Sirkular di Kawasan Pariwisata Nasional

Lukman Diah Sari • 16 Februari 2023 03:46
Jakarta: Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), bagian dari Group GoTo, mempersembahkan kembali Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE). Tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Bali, Danau Toba, dan Labuan Bajo.
 
YABB melalui CCE mengajak para startup dan organisasi kemasyarakatan menciptakan inovasi yang dapat mempercepat penerapan ekonomi sirkular dan mewujudkan Indonesia bebas sampah. Tahun ini, CCE gelombang kedua akan berfokus untuk menyelesaikan permasalahan sampah melalui penerapan ekonomi sirkular.
 
Sampah masih menjadi salah satu isu sentral untuk membangun ketangguhan terhadap iklim. Menurut data, permasalahan sampah menyumbang 6,94% emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia1, dan hal ini masih terus terjadi dari tahun ke tahun.

Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa Monica Oudang mengungkapkan YABB banyak belajar dari berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah kompleks, yaitu solusi jangka panjang berasal dari kolaborasi lintas sektor. “Oleh karena itu, YABB meluncurkan Catalyst Changemakers Ecosystem gelombang kedua sebagai wujud dari tekad kami untuk terus menciptakan dampak yang lebih besar”, ungkap Monica dalam keterangan pers, Rabu, 15 Februari 2023.
 
Monica menjelaskan CCE adalah cara pihaknya mewujudkan komitmen untuk mempercepat transisi ekonomi sirkular menuju Indonesia bebas sampah. Melalui kolaborasi dengan para pembuat dampak, YABB menerapkan solusi berbasis ekosistem yang dapat melahirkan inovasi untuk menyelesaikan masalah secara sistemik.
 
Untuk mencapai tujuan tersebut, CCE punya tiga kegiatan utama, yaitu Link Up (bersatu), Sync Up (melebur), dan Scale Up (berkembang). Dia menerangkan CCE memilih pendekatan ekonomi sirkular karena perannya yang vital dalam menyelesaikan masalah sampah dan turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Melalui pendekatan ini, CCE menghubungkan para pembuat dampak di area hulu dan hilir agar solusi yang dihasilkan dapat menjadi lebih holistik.
 
"Untuk lokasi implementasi solusi, CCE memilih kawasan pariwisata karena peran pentingnya dalam mendorong perekonomian negara," sebut dia.
 
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (wamenparekraf) Angela Herliani Tanoesoedibjo mengapresiasi inisiatif CCE. Menurut dia, alam merupakan salah satu aset terbesar bagi
pariwisata Indonesia.
 
"Kalau kita lihat lima destinasi super prioritas (DSP) sekarang ini, orang datang karena alam kita tidak ada duanya. Oleh karena itu, kita harus betul-betul menjaga keberlanjutan alam, salah satunya dengan penanganan sampah. Ini harus menjadi prioritas, agar nilai ekonomi pariwisata yang memiliki multiplier effect sangat besar bisa diteruskan dari generasi ke generasi,” jelas Angela.
 
Pada November 2021, CCE dimulai dengan mengembangkan kapabilitas 33 changemakers, serta memantik kolaborasi yang mengkoneksikan sekitar 200 organisasi lewat Catalyst Changemakers Lab (Lab). Tiga kelompok changemakers yang terpilih kemudian mendapatkan pendanaan untuk mengimplementasikan solusi inovatif melalui proyek percontohan di Semarang, Bandar Lampung, dan Makassar.
 
Saat ini, proyek percontohan sudah mulai membuahkan dampak nyata, sebagai bukti dari konsep ekosistem yang dimotori oleh para changemakers. Menurut Co-founder Gajahlah Kebersihan Dicky Dwi Alfandy yang merupakan salah satu changemakers CCE 1.0, perjalanan di dalam CCE adalah pengalaman yang paling mengubah hidupnya selama 10 tahun berkiprah sebagai pegiat lingkungan.
 
Dia menerangkan CCE memberikan pengalaman yang komprehensif dan berbeda dengan inisiatif sejenis lainnya. Dia mengaku pihaknya terus dikawal dan dibukakan akses ke berbagai pihak agar proyek terus berjalan secara berkelanjutan.
 
“Sekarang, sampah tidak lagi bermunculan ketika air pasang, dan kami optimistis bisa mencapai target untuk mengurangi timbulan sampah sebanyak 20% selama setahun. Yang lebih penting, proyek ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Tanpa bantuan dari CCE, kami belum tentu bisa menghasilkan dampak ini,” ujar Dicky.
 
Monica kembali menerangkan, CCE gelombang kali ini, YABB melibatkan lintas pemangku kepentingan sejak awal. Hal itu agar solusi lebih tepat sasaran dalam menjawab masalah untuk jangka panjang. 
 
Mulai dari pelibatan pemerintah dan universitas di daerah untuk turut mengidentifikasi permasalahan, sampai pelibatan pihak swasta dan donor untuk memastikan inovasi yang dihasilkan bisa memiliki keberlanjutan. YABB mengajak semua startup dan organisasi masyarakat yang memiliki teknologi atau program di sektor sampah, akses air, atau bencana alam, dan siap mengimplementasikan di salah satu target kota percontohan, untuk bergabung ke CCE 2.0.
 
“Kami juga mengundang para pembuat dampak lainnya, mulai dari pemerintah, bisnis,
akademisi, komunitas, sampai media untuk ikut mengambil peran di dalam penyusunan dan
implementasi solusi maupun untuk ikut menyebarluaskan ajakan ini,” tutup Monica.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan