Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) memperkirakan tidak kurang dari Rp30 miliar omzet yang berputar di tingkat pengepul dan menghidupi 139 orang pekerja. Sekitar Rp24 miliar dari nilai omzet tersebut telah terdistribusi kepada 470 supplier dan 1.493 bank sampah unit (BSU) di 18 kota/ kabupaten, 84 Kecamatan, dan 648 kelurahan di wilayah Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat.
Ribuan ton bahan baku tersebut telah dicegah tidak masuk menjadi sampah dan mengotori lingkungan, tetapi diolah untuk didaur ulang oleh industri anggota ADUPI untuk dijadikan berbagai produk. Ekosistem inilah yang bekerja di industri daur ulang yang disebut bagian dari rantai ekonomi sirkular.
Pada tahun 2022, ADUPI memantapkan komitmen dengan menggalakkan edukasi, kampanye, sekaligus meningkatkan serapan bahan baku daur ulang plastik di Indonesia.
ADUPI menargetkan menambah mitra baru yang diperkirakan mencapai 13 mitra pengepul dan bank sampah induk. Penambahan mitra baru tersebut sekaligus memperluas area pengumpulan di Jabodetabek, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Pada 2021, ADUPI tercatat memiliki delapan mitra pengepul dan bank sampah induk, yaitu UD Raisa Naura, UD Badak Benteng, UD Indah Plastik, UD Mulia Jaya Plastik, PT Kita Bumi Global, UD Tamara Jaya Plastik, Bank Sampah Induk Bersinar, dan Bank Sampah Induk Mounthrash.
Selama rentang April-Desember 2021, lebih dari 4 ribu ton bahan baku plastik dikumpulkan untuk dimasukkan kembali ke siklus daur ulang.
Saat ini, ADUPI berkolaborasi dengan Le Minerale dalam proses daur ulang botol PET (Polyethylene Terephthalate) untuk mendukung ekonomi sirkular melalui Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale.
"Le Minerale sebagai salah satu produsen air minum yang menggunakan plastik sebagai kemasan produk, memiliki komitmen tinggi dan bersinergi terhadap upaya pemerintah dan lingkungan dalam hal pengelolaan sampah khususnya plastik," kata Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News