Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya, mengatakan Indonesia sudah mengelola lahan gambut sejak 1990. Namun, kebakaran hutan dan lahan pada 2015 menjadi titik balik dalam penguatan kebijakan mengenai perlindungan gambut.
Kejadian itu pun membuat Indonesia merombak total sistem pemulihan serta penegakan aturan mengenai pengelolaan lahan gambut. Siti mengatakan reformasi ini berdampak pada implementasi kebijakan di lapangan dalam waktu singkat.
"Alhamdulillah salah satu hasilnya Indonesia berhasil terhindar dari bencana asap dalam beberapa tahun terakhir," kata Siti saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan lokakarya, seperti dilansir Antara, Selasa, 13 Desember 2022.
Ia mengatakan, Riau yang sebelumnya sering menghadapi dampak asap akibat kebakaran hutan dan lahan, kini telah menjadi contoh dalam penerapan kebijakan tata kelola gambut di Indonesia.
Keberhasilan upaya menekan kasus kebakaran hutan dan lahan didukung oleh Badan Restorasi Gambut (BRG). BRG dibentuk pada 2016 untuk merestorasi lahan gambut seluas 1,2 juta hektare di Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua hingga 2024.
Pemerintah Indonesia telah menginventarisasi lahan gambut seluas 24.218.491 hektare dalam 865 Kesatuan hidrologi gambut. Indonesia juga telah melakukan langkah-langkah untuk merestorasi lahan gambut, termasuk di antaranya dengan membangun sekat kanal serta menjalankan Program Desa Lindung Gambut Mandiri atau Desa Mandiri Peduli Gambut.
Selama periode 2019 hingga 2022, lanjut Siti, Indonesia berupaya memulihkan 300 ribu hektare lahan gambut di lahan milik pemegang konsesi. Indonesia juga telah merestorasi lahan gambut seluas 50 ribu hektare di 230 desa dengan melibatkan masyarakat setempat.
Inggris: Indonesia luar biasa
Menteri Negara Bidang Wilayah Luar Negeri, Persemakmuran, Energi, Iklim dan Lingkungan Inggris Raya, Lord Goldsmith, menilai Indonesia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mengelola lahan gambut."Saat mengunjungi Indonesia dan melihat langsung kerjanya, saya yakin Indonesia sedang memimpin dunia sekarang dalam perlindungan dan restorasi lahan gambut," kata Goldsmith saat menyampaikan sambutan via virtual.
Dia mengemukakan bahwa 450 juta hektare lahan gambut tersebar di berbagai bagian dunia. Luas lahan gambut itu hanya tiga persen dari permukaan bumi, tetapi mempunyai kemampuan besar dalam menyimpan karbon.
Oleh karena itu, dia meminta adanya peningkatan upaya-upaya perlindungan lahan gambut. Hal ini untuk mengoptimalkan perannya dalam menyerap karbon dan mengekang dampak perubahan iklim.
"Indonesia telah mengambil keputusan sangat berani dengan menghentikan izin baru di hutan primer dan lahan gambut yang mencakup 66 juta hektare serta membuat target yang menantang di lahan gambut," kata Goldsmith.
Baca: Wah, Ternyata Pertanian Lahan Gambut Prospek untuk Dikembangkan
Dia juga percara Indonesia bisa merestorasi lahan gambut lebih dari satu juta hektare dan mencetak rekor menanam mangrove seluas 600.000 hektare. Goldsmith mengatakan Inggris siap mendukung ambisi Indonesia untuk FoLU Net Sink 2030.
Peserta lokakarya internasional mengenai pelindungan dan pengelolaan lahan gambut dijadwalkan meninjau lokasi restorasi lahan gambut di Dumai, Bengkalis, dan Siak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News