"75.000 ton dibagi rata 25, 25, 25 dan masuk lewat tiga pelabuhan. Yang di pelabuhan Ciwandan sudah masuk, besok di Tanjung Perak," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis 10 Agustus 2017.
Menurutnya, impor garam tersebut tak akan mengganggu produksi dalam negeri. Sebab, garam impor didatangkan untuk mengisi kekosongan di pasar akibat industri dalam negeri yang berhenti berproduksi.
"Jadi (impor) tidak ganggu produksi dalam negeri dan kebutuhan tetap terpenuhi," ungkap dia.
Oke membeberkan hanya ada sisa 6 ribu ton garam pada Juli lalu. Artinya, masih ada ruang cukup besar yang dapat diisi oleh sentra garam lokal meski pemerintah impor 75.000 ton.
"Itu sudah diatur dari awal. Makanya kita izinkan 75 ribu ton, kebutuhan kita itu 100 ribu ton," sambung dia.
PT Garam, lanjutnya akan mendistribusikan garam impor itu ke sejumlah industri untuk diolah menjadi garam konsumsi beryodium. "Nanti didistribusikan untuk diolah," tandas Oke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News