Ekonom UI Anton Gunawan mengatakan dirinya pun menyayangkan pandangan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 yang menilai penggunaan kartu oleh Pemerintahan Joko Widodo, sebagai petahana, sebagai kegagalan. Padahal menurut Anton kartu-kartu tersebut sangat membantu pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran.
Selama ini subsidi bahan bakar minyak (BBM) lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang notabenenya terbilang mampu. Bahkan pengguna mobil BMW pun selama ini bisa menikmati subsidi tersebut sehingga bantuan subsidi yang selama ini diberikan tidaklah tepat sasaran.
Anton mengatakan realokasi anggaran subsidi BBM untuk membangun infrastruktur memberikan subsidi dengan metode kartu mampu mengurangi kebocoran anggaran yang terjadi selama ini.
"Justru ini bentuk-bentuk membantu masyarakat bawah untuk jaga daya beli mereka, mencoba mengentaskan kemiskinan. Memang pemerintah perlu untuk melakukan kebijakan fiskal untuk meredistribusi membantu yang lemah. Tapi apakah itu gagal? Bukan," kata Anton dalam acara orasi kebudayaan kampanye ekonomi di Soehana Hall, Energi Building, Jakarta Pusat, Kamis, 11 April 2019.
Dia pun berkaca pada Amerika Serikat (AS) dengan ekonomi yang besar pun masih mengandalkan program food stamp dalam mengentaskan kemiskinan. Oleh karenanya ia meminta agar program kartu-kartu sakti tersebut tidak disepelekan.
Kendati demikian dirinya juga menggarisbawahi program kartu-kartu tersebut harus dipastikan dengan data yang akurat terkait siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan sosial.
Di sisi lain, lanjut mantan ekonom Bank Mandiri ini, penggunaan kartu itu juga membantu pemerintah dalam meningkatkan program inklusi keuangan. Terutama kepada masyarakat yang selama ini tidak dapat mengakses perbankan.
"Harapannya mudah-mudahan mereka mengerti menggunakan. Syukur-syukur nantinya mereka bisa menabung. Itu kan financial inclusion," jelas dia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018, Tim Kampanye Nasional (TKN) angka kemiskinan turun menjadi 9,66 persen. Sebelumnya secara akumulatif jumlah penduduk miskin sebesar 27 juta diturunkan menjadi 25 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News