Ilustrasi. REUTERS/Enny Nuraheni
Ilustrasi. REUTERS/Enny Nuraheni

Kredit BTPN Tumbuh 13%

Tesa Oktiana Surbakti • 23 April 2015 17:16
medcom.id, Jakarta: Direktur PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Arief Harris mengatakan, sepanjang tahun 2014, pertumbuhan kredit perseroan meningkat 13 persen (yoy) dari Rp46,1 triliun menjadi Rp52 triliun.
 
"Pertumbuhan kredit BTPN sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata kredit industri yang hanya berada di kisaran 12 persen," ujar Arief di Jakarta, Kamis (23/4/2015).
 
Arief mengklaim, kendati kinerja di sepanjang tahun silam diwarnai dengan tantangan pertumbuhan ekonomi yang melambat, namun BTPN bisa menggeliatan aktivitas bisnis di segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dukungan itu di salurkan melalui penyaluran kredit ke segmen UMKM yang bertumbuh 22 persen. Selain mendanai segmen UMKM, BTPN turut menyalurkan kredit ke para pensiunan serta menyalurkan kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif (productive poor) melalui anak usaha BTPN syariah.

"Penyaluran dana segmen productive poor tumbuh 85 persen dari Rp1,35 triliun di tahun 2013 menjadi Rp2,5 triliun di tahun 2014. Angka ini menunjukkan berapa besarnya kebutuhan pembiayaan produktif di segmen itu," tukasnya.
 
Meski penyaluran kredit tumbuh pesat, namun BTPN memastikan tetap menerapkan asas kehati-hatian yang tercermin dari NPL gross yang terjaga di kisaran 0,7 persen pada akhir 2014. Kisaran NPL dikatakan Arief terbilang lebih rendah lantaran pendanaan hanya tumbuh sekitar 2 persen.
 
Adapun pencatatan akhir 2014 menunjukkan sumber dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 53,3 triliun, bertumbuh sekitar 2 persen dari tahun lalu.
 
"Sedangkan pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi di tahun 2014 sebesar Rp8,2 triliun. Meningkat 29 persen dari tahun sebelumnya yang berkisar Rp6,36 triliun," ucap dia.
 
Sementara itu, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sekitar 97 persen. Hanya saja, bila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 84 persen.
 
Selanjutnya, laba bersih setelah pajak (NPAT) perseroan sebesar Rp1,85 triliun di tahun 2014, atau lebih rendah 13 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp2,13 triliun. Menurut Arief, hal tersebut disebabkan peningkatan cost of fund, kenaikan suku bunga acuan (BI rate), serta pelambatan pertumbuhan bisnis.
 
Dikonfirmasi soal pertumbuhan di kuartal pertama tahun ini, Arief mengaku belum bisa sesumbar mengingat masih menunggu hasil audit laporan. "Pasti nanti kita umumkan, tunggu saja," cetusnya seraya berlalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan