Hal itu disampaikan langsung oleh APAC Lead for Merger & Acquisition (M&A) Accenture Strategy Bruce Delteil, saat konferensi pers, di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (11/8/2015).
"Siapa pun yang menjadi investor, pasti mereka melihat apakah ada peningkatan pertumbuhan ekonomi di sini, apakah mata uang rupiah kita kuat atau tidak, ada kebijakan politik dari pemerintah yang cukup baik. Itu yang akan berpengaruh terhadap tingkat merger dan akuisisi di sini," sebut Bruce.
Jika sentimen itu tidak bisa diredam dengan baik oleh pemerintah maka aksi merger dan akuisisi mengalami penurunan. Tidak hanya itu pelemahan nilai tukar rupiah juga akan terkena dari dampak global seperti pelemahan ekonomi Tiongkok dan kebijakan The Fed yang akan menaikkan suku bunga di tahun ini.
"Perlambatan ekonomi Tiongkok dampaknya bisa ke ekonomi kita juga, ekspor kita melemah. The Fed naikkan suku bunga juga akan ada imbasnya. Paling tidak pemerintah sudah antisipasi sentimen dari global, agar ekonomi dan nilai tukar kita bisa dijaga dengan baik," jelas dia.
Pada tahun ini, dia memperkirakan, total perusahaan di Indonesia yang melakukan aksi korporasi merger dan akuisisi bisa mencapai USD9 miliar, bahkan bisa lebih tinggi dari nilai perkiraan tersebut.
"Angka merger dan akuisisi bisa mencapai USD9 miliar di tahun ini, bisa lebih juga. Angka USD9 miliar sama dengan raihan di tahun lalu," pungkas Bruce.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News