"Hal itu merupakan tantangan bagi UMKM di Indonesia, termasuk di dalamnya UMKM sektor industri kreatif dan lembaga pembiayaan bank dan non bank," ujarnya, dalam diskusi 'Menelisik Keengganan UMKM Bankable dalam Mengakses Dana Perbankan', di IPMI International Business School, Jalan Rawajati Timur I, Jakarta Selatan, Senin (15/6/2015).
Dirinya menambahkan, nantinya persaingan yang terjadi akan semakin tajam, termasuk dalam memperoleh sumber daya, seperti modal. Untuk itu, diperlukan peningkatan daya saing bagi UMKM Indonesia. "Menjaga daya saing UMKM sebagai industri kreatif dan inovatif, desain dan kualitas produk melalui aplikasi iptek dan kewirausahaan yang tangguh," lanjut dia.
Namun begitu, dirinya menegaskan tidak perlu ketakutan bagi para pelaku UMKM akan banyaknya produk asing yang akan membanjiri pasar domestik saat MEA nanti.
"UMKM kita tak perlu takut dengan bayang-bayang kebanjiran produk luar saat MEA nanti. Akan ada sertifikasi barang apa saja yang boleh masuk. Harmonisasi aturan secara g to g (goverment to goverment), karena ada national interest yang akan terus dijaga," jelasnya.
Selain itu, pelaku UMKM juga tetap perlu melakukan improvisasi terhadap produk mereka agar tetap mampu bersaing. "Tapi UMKM kita harus improve. Utamanya di dua hal, yaitu di produk dan di pricing (harga)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News