Direktur Komersial dan Teknologi INKA Yunendar Aryo Handoko mengakui, ekspor merupakan salah satu jalan memperbesar pendapatan. Pasalnya, ekspor yang dilakukan dengan sistem tender tersebut bernilai kontrak cukup besar.
"Salah satunya karena kalau tender itu kan satu kontrak nilainya besar. Itu kan lebih baik daripada membeli sedikit-sedikit seperti hanya 10 kereta api. Itu kan sangat tidak efisien," ujar Yunendar, usai 'Seminar Penyusunan Strategi Pengembangan Industri Penunjang Perkeretaapian', di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jumat (11/12/2015).
Meski mampu melakukan ekspor kereta api penumpang dan barang ke Bangladesh, tutur Yunendar, namun pendapatan perusahaan masih didominasi dari pembelian dalam negeri, khususnya untuk PT KAI (Persero). Kontribusi ekspor terhadap pendapatan masih di bawah 50 persen.
"Kalau kita dapat pemesanan sekaligus besar kan membantu cash flow perusahaan. Mudah-mudahan tahun depan porsinya menjadi lebih dari 50 persen kalau kita menang tender dan dapat pemesanan dari Bangladesh," pungkas Yunendar.
Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini INKA tengah mengikuti tender penyediaan kereta api untuk Bangladesh. Orderan tersebut sebanyak 250 kereta api penumpang senilai USD110 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.
"Hasil tender akan diumumkan sekitar Januari dengan lawan Tiongkok dan Thailand. Demandnya cukup besar," papar Yunendar.
Sayangnya, pihak INKA saat ini terkendala biaya operasional pengirimannya. "Kalau operator membeli kereta api kan mereka hitung-hitungan operasinya, balik enggak uangnya. Itu saja," tutup Yunendar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News