Direktur Utama ASABRI Sonny Wijaja memaparkan total aset yang berasal dari pengelolaan program Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM) pada 2018 lalu sebesar Rp19,4 triliun. Namun dalam laporan keuangan 2019 unaudited, aset terus mengalami penurunan hingga 2019 sebesar Rp10,6 triliun.
Lalu aset yang berasal dari Akumulasi Iuran Pensiun (IUP) juga mengalami penurunan dari 2018 sebesar Rp26,9 triliun menjadi Rp18,9 triliun (unaudited).
"Ini terjadi karena penurunan nilai saham dan reksa dana. Dan yang menonjol adalah saham dan reksa dana," kata Sonny di Komplek Parlementer, Senayan, Jakarta, Rabu, 29 Januari 2020.
Sonny membeberkan penurunan nilai saham yang terjadi pada portofolio investasi saham group usaha Benny Tjokrosaputro, dan Heru Hidayat, Hanson International Group.
"Penurunan ini lagi-lagi terjadi nilai saham dan reksa dana yang menurun khususnya dari dua orang itu. Karena (harga sahamnya dahulu) Rp400-Rp500 tinggal 50 perak," sebut dia.
Dalam presentasi ASABRI, rasio solvabilitas atau Risk Based Capital (RBC) perusahaan tercatat negatif. Pada 2019 RBC ASABRI negatif 571,17 persen. RBC ini akan terus negatif hingga 2020 yaitu sebesar 643,49 persen.
RBC ASABRI negatif karena liabilitas perusahaan lebih besar dari aset. Aset ASABRI memang terus mengalami penurunan karena nilai investasi portofolio saham.
Dalam pemaparannya juga, untuk mencapai RBC 100 persen, ASABRI perlu meningkatkan aset sebesar Rp7,05 triliun. Sedangkan untuk mencapai RBC 120 persen ASABRI perlu meningkatkan aset Rp7,26 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News