"Produksi rumput laut meningkat setiap tahunnya. Persediaan juga masih banyak. Kondisi sekarang ini serapan pasar rendah. Kalau tidak diekspor mau diapakan persediaan itu, sementara permintaan pasar luar negeri cukup baik," kata Safari dikutip dari Antara, Minggu (21/2/2016).
Menurutnya, alih-alih meningkatkan daya saing industri dan penyerapan dalam negeri pada rumput laut, sekarang ini, para pemangku kepentingan dihadapkan pada wacana pengenaan bea keluar dan larangan ekspor bertahap dalam rangka hilirisasi.
Selain mendukung hilirisasi, Safari, mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam penguatan industri olahan rumput laut nasional. Asosiasi juga mendukung pemanfaatan peluang pasar luar negeri, dengan melakukan pemenuhan bahan baku yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri yang dituju.
"Kita harapkan pemerintah bisa mengambil langkah-langkah yang strategis agar pengembangan komoditas rumput laut bisa optimal baik dari sisi industri pengolahannya hingga ke perdagangannya agar bisa berpihak pada petani dan pemangku kepentingan lainnya dari hulu hingga hilir," kata Safari.
Menurutnya, perlindungan terhadap sektor hulu perlu diperhatikan dengan baik. Pasalnya, pembatasan ekspor rumput laut memiliki dampak sosial ekonomi yang cukup serius, terutama bagi kesejahteraan petani karena rumput laut merupakan salah satu alat jaring pengaman sosial.
"Kalau ekspornya dibatasi, tentu akan merusak harga rumput laut di tingkat petani dimana pihak-pihak tertentu dapat menekan harga ke tingkat yang lebih rendah. Jika sudah begitu, petani tidak akan berminat lagi mengembangkan rumput laut," pungkas Safari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News