Deputi bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Safri Burhanuddin mengungkapkan, saat ini jumlah SDM yang bergerak di bidang kemaritiman masih jauh dari kata cukup. Pasalnya, Indonesia membutuhkan SDM kemaritiman setiap tahunnya sebanyak 14 ribu orang.
"Hingga 2019 kita butuh sekitar 70 ribu SDM untuk jadi poros maritim dunia. Tapi jumlah SDM yang kita hasilkan dalam setahun itu hanya 7.000, itu sudah termasuk dari sekolah pelayaran swasta dan negeri," aku Safri, ditemui di gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (13/10/2015).
Dia menjelaskan, kurangnya SDM yang ada di kemaritiman Indonesia akibat rendahnya tenaga didik atau instruktur profesional yang tersertifikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan kemaritiman. Peningkatan tenaga didik juga harus menjadi perhatian pemerintah jika ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Bayangkan, saat ini satu pengajar menangani 40-50 orang. Padahal idealnya, satu pengajar bidang kemaritiman itu hanya menangani maksimal sebanyak 20-30 orang," paparnya.
Safri mengungkapkan, untuk menjadi poros maritim dunia, Indonesia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan maritim. Maka itu, pihaknya menghindari penggunaan SDM dan tenaga didik luar agar Indonesia benar-benar mampu dan mandiri dalam menjadi poros maritim dunia.
"Kita takutkan kalau tidak dari dalam, kita akan ambil dari luar, itu yang kita takutkan. Makanya kita harus fasilitasi instansi yang bergerak di bidang pendidikan, pelatihan dan sertifikasi profesi kemaritiman untuk mencetak tenaga-tenaga kemaritiman yang profesional dan tersertifikasi secara berkelanjutan," pungkas Safri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News