"Pembangunan manusia yang tidak hanya melihat manusia sebagai sumber daya pembangunan, tetapi juga sebagai insan yang berkarakter. Reformasi mental menjadi salah satu upaya agar manusia bisa lebih baik, patuh pada hukum, serta toleransi dalam bermasyarakat dan lingkungan yang majemuk," kata Bambang dalam keterangan resminya, Jumat, 27 Juli 2018.
Menurut Bambang, progres dari pembangunan masyarakat tersebut salah satunya dituangkan dalam Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas), dengan variabel yang digunakan seperti toleransi, gotong royong, dan rasa aman.
Sebagai ukuran yang menggambarkan pembangunan manusia dan masyarakat, kata Bambang, IPMas dibangun dengan kohesi sosial, inklusi sosial, dan pengembangan kapasitas masyarakat sipil.
Pada tingkat provinsi, dia menyebutkan, tercatat Yogyakarta menempati posisi tertinggi (0,70), sedangkan terendah adalah Papua (0,51). Hal ini menunjukkan masyarakat di Yogyakarta konsisten menjaga harmoni dalam keberagaman.
Pada konteks pembangunan khususnya kebudayaan, lanjut dia, harus tetap memberi ruang yang cukup bagi tumbuhnya nilai-nilai lokal, pengakuan atas keunikan lokalitas, dan keragaman budaya daerah, yang menemukan saluran artikulasi melalui otonomi dan desentralisasi.
Berbagai keunikan lokal dan identitas kedaerahan harus ditransformasikan menjadi pilar utama dalam menopang bangunan negara bangsa majemuk dalam suatu consensus nasional dalam wujud NKRI.
"Jangan ada persoalan muncul karena menguatnya intoleransi dan diskriminasi. Itu perlu direspons melalui langkah konkret, agar bisa meredam bentuk permusuhan dan lainnya. Demi mencapai pembangunan yang baik bagi ekonomi bangsa," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News