“Brand atau merek tujuan wisata perlu dikemas menarik sedemikian rupa, harus menggambarkan nilai-nilai alami dan tidak dibuat-buat, sehingga mampu mengangkat tujuan wisata,” kata Dailami Firdaus, sembari mengingatkan bahwa keinginan pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan jumlah wisatawan menjadi 20 juta orang pada tahun 2019 bukan pekerjaan mudah.
World Tourism Organization (WTO) memperkirakan jumlah wisatawan akan mencapai 1,8 miliar orang pada 13 tahun yang akan datang dan menghasilkan USD2,1 triliun, namun tujuan wisata yang ada relatif terbatas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga persaingan di sektor ini sangat ketat.
“Malaysia menerima 19 juta wisatawan ASEAN, Thailand 22 juta dari non-ASEAN, bahkan Singapura 15 juta orang. Padahal tujuan dan tempat wisatanya tidak semenarik Indonesia,” lanjut Bang Dailami, senator DPD RI dari dapil Provinsi DKI Jakarta tersebut.
Pemerintahan pusat dan daerah perlu memperkuat daya saing daerah di sektor pariwisata. Dia berharap pemerintahan baru DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan melakukan pembenahan serius terhadap pengelolaan sektor pariwisata.
Wisata akan mengalami pergeseran dari hanya banyaknya orang mengunjungi tujuan wisata tertentu, menjadi wisata untuk mengalami sesuatu yang berkonsekuensi penambahan pemasukan dari wisatawan.
“Memang Jakarta itu ibu kota negara, jadi banyak saja yang akan berkunjung ke sini. Tapi, Jakarta bukan hanya soal penginapan, kita punya Pulau Seribu, museum, Kota Tua, Dufan, yang perlu dikelola dengan baik dan itu semua akan meningkatkan pendapatan para pelaku di industri ini,” ucap Dailami.
Sosialisasi MEA bertema “Pariwisata Daerah yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” diselenggarakan Wiswa Utama II Kantor Gubernur Provinsi Bali, 28 September 2017, dengan dihadiri 200 peserta dari berbagai pemangku kepentingan pariwisata di Provinsi Bali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News