“Kami bersepakat bandara ini semula akan dibuat internasional pada 2021. Tapi kami bersepakat berdua (dengan Kemenpar) kalau itu kita laksanakan lebih awal di bulan Juni ini,” ujar Budi di Kantor Kementerian Perhubungan, Jumat, 8 Februari 2020.
Budi menjelaskan percepatan status bandara internasional ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo. Presiden mengarahkan lima destinasi super prioritas (DSP) salah satunya Labuan Bajo. Dengan status bandara internasional, potensi calon wisatawan mancanegara (wisman) semakin besar.
Untuk pengembangan bandara Labuan Bajo ini, pemerintah menerapkan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan PT Cinta Airport Flores selaku Badan Usaha Pelaksana (BUP). PT Cinta Airport Flores merupakan konsorsium dari PT Cardig Aero Services Tbk, Changi Airport International PTE LTD, dan Changi Airports PTE LTD.
Melalui skema KPBU, Menhub berharap badan usaha yang terpilih memiliki kompetensi dan kemampuan untuk mengelola Bandara Komodo.
“Untuk peningkatan kapasitas penumpang, kita rencanakan untuk 4 juta penumpang per tahun. Sekarang ini paling 1,5-2 juta penumpang per tahun,” ungkapnya.
Sebagai informasi, nilai investasi untuk pengelolaan Bandar Udara Komodo– Labuan Bajo Rp1,2 triliun dengan estimasi totali biaya operasional selama 25 tahun Rp5,7 triliun. .
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan fasilitas infrastruktur pariwisata air di Kepulauan Natuna Provinsi Riau penuhi aspek standar keselamatan.
Menurut Luhut, keindahan pariwisata laut Indonesia perlu disempurnakan dengan keberadaan fasilitas kesehatan.
Selama ini status travel advice pariwisata diving di Indonesia masih berwarna kuning karena belum dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang bisa mengatasi kesehatan para penyelam jika mengalami dekompresi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News