Ilustrasi. Foto : AFP.
Ilustrasi. Foto : AFP.

Virus Demam Babi Afrika Tidak Menular ke Manusia

Ilham wibowo • 30 Desember 2019 17:51
Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan virus wabah penyakit demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) tidak menular dari ternak babi ke manusia. Meski demikian penyebarannya perlu dikendalikan agar tak mengganggu perekonomian, terutama di daerah yang masyarakatnya mengonsumsi babi.
 
Inspektur Jenderal Kementan Justan Riduan Siahaan menegaskan wabah virus ASF yang menulari ternak babi bukan penyakit zoonosis. Upaya kampanye tidak takut mengkonsumsi daging babi terus dilakukan seperti di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas).
 
"Zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Namun ASF bukan termasuk penyakit tersebut," kata Justan melalui keterangan tertulisnya, Senin, 30 Desember 2019.

Ia memaparkan bahwa virus ASF muncul pertama kali di Afrika pada 1921. Virus ini masuk ke Indonesia baru pada 2019, yang hingga saat ini belum diketahui asal penyebarannya.
 
"Hingga saat ini kemungkinan penyebaran virus ASF dari makanan sisa yang diberikan ke ternak yang berasal dari negara luar," ujarnya.  
 
Justan pun meminta masyarakat agar berpartisipasi aktif untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar tidak takut mengonsumsi daging babi. Apalagi, ternak babi merupakan salah satu penopang perekonomian di Kabupaten Humbahas.
 
"Saya sendiri makan daging babi dua hari lalu, kemaren juga baru makan dan hari ini kita akan bersama-sama konsumsi daging ini, kalau bukan kita siapa lagi," ungkapnya.
 
Di kesempatan yang sama, Medik Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Yuni Yupiana, menerangkan virus ASF memiliki ukuran sangat kecil dan penyebarannya bisa melalui kontak langsung dengan ternak babi atau melalui makanan sisa yang terkontaminasi. Bahkan bisa timbul melalui perantara yang secara tidak disadari bahwa virus tersebut sudah menempel.
 
"Bisa melalui peralatan kandang di tempat virus ini sudah menempel akan tetapi tidak kita bersihkan, kendaraan juga bisa dan bahkan manusia dapat membawa penyebaran virus," papar Yuni.
 
Yuni menyebutkan contoh dari penyebaran melalui manusia, yakni jika seorang peternak pergi ke wilayah yang sudah terjangkit virus ASF. Selanjutnya peternak tersebut pergi ke wilayah yang belum terjangkit virus ASF tanpa melakukan pembersihan terlebih dahulu dan akhirnya wilayah yang belum terinfeksi bisa ikut terjangkit.
 
"Jadi untuk peternak hewan babi jika mau ke peternakannya upayakan menggunakan peralatan khusus di peternakannya sehingga lebih terjamin kebersihannya," tuturnya
 
Lebih lanjut, Yuni mengungkapkan makanan yang terkontaminasi virus juga penyebab penyebaran virus yang paling utama. Karenanya, ternak babi sebaiknya tidak diberikan makanan sisa apalagi makanan tersebut berasal dari negara luar.
 
"Namun jika memang tidak ada pilihan yang lain karena alasan kurang dana mungkin sehingga harus memberikan makanan sisa maka makanan tersebut harus dimasak hingga mendidih terlebih dahulu baru diberikan ke ternak," bebernya.
 
Yuni juga menjabarkan tentang biosecurity yang dapat dilakukan untuk mencegah masuk dan menyebarannya virus ASF du antaranya yakni menjaga sanitari kandang dengan membersihkan secara rutin dengan sabun dan desinfektan. Cara lainnya yakni tidak melepas ternak babi secara liar serta  mengendalikan lalu lintas ternak antar daerah dengan mengaktifkan Pos lintas ternak.
 
"Dan terakhir, masyarakat harus aktif untuk melaporkan segera ke petugas keswan setempat jika ada tanda tanda yang tidak biasa pada hewan ternaknya," tuturnya.
 
Adapun Kampanye Makan Daging Babi yang Aman dan Sehat ini dihadiri 600 lebih masyarakat. Mereka terdiri dari pemerintah daerah, Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh adat dan peternak babi se-Kabupaten Humbahas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan