"Sektor padat karya kelihatannya ketinggalan," ujar Mintardjo melalui sambungan telepon, Minggu (19/10/2014).
Hal ini patut menjadi fokus pemerintah karena industri tekstil dan produk tekstil banyak menyerap tenaga kerja. Catatan Badan Pusat Stastitik (BPS), subsektor industri tekstil menyerap 427.083 pekerja pada hitunga sementara 2013. Adapun subsektor industri padat karya lainnya seperti industri makanan dan minuman menyerap 877.454 pekerja, sedangkan industri komputer, serta barang elektronik dan optik menyerap sebanyak 120.771 pekerja.
"Kita memberikan banyak pekerjaan tapi pemerintah tidak memikirkan, beri (insentif) apalah," katanya.
Mintardjo mengatakan, pengusaha pertesktilan selama ini dihadapkan berbagai macam persoalan termasuk masalah upah buruh dan penaikan tarif listrik. Misalnya, penetapan upah minimum untuk industri padat karya tidak bisa disamaratakan dengan industri lainnya.
"Kalau disamaratakan, upah industri padat karya di Jawa Barat akan tutup," tuturnya.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintahan baru bisa menciptakan iklim usaha yang lebih baik. Menyelesaikan masalah ketenagakerjaan, membuat kebijakan yang memihak, serta memberikan bantuan yang medorong tumbuh kembangnya industri pertekstilan.
Pun, dia berharap ada solusi untuk keberlangsungan industri terimbas kenaikan tarif listrik. Dengan begitu ekonomi biaya tinggi bisa ditekan.
"Sekarang sudah ada bantuan permesinan dari Kementerian Perindustrian, itu dipertahankan dan perbaiki juga kebijakan mengenai tata niaga," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id