Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat memperkirakan kondisi tahun depan berbeda dengan tahun ini. Menurut dia arus modal asing akan mulai kembali ke negara berkembang sehingga tak perlu khawatir ada modal kembali ke Amerika Serikat (AS) karena suku bunganya naik.
"Kemungkinan besar, tahun depan itu kebalik, ada dana kembali ke emerging market, dan dipilih lah emerging market yang mana yang lebih baik. Katakan lah bank sentralnya lebih pruden dan lain-lain," kata dia, ditemui di Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 17 November 2018.
Dirinya mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) saat ini lebih banyak dipengaruhi karena defisit transaksi berjalan (CAD) yang besar. Namun, tak bisa dipungkiri penguatan USD juga memiliki andil dalam pelemahan rupiah.
"Tentunya over all yang bikin semua mata uang (melemah) itu CAD. Nah ada komitmen untuk kendalikan CAD itu, sehingga kalau seperti itu saya sampaikan acuan normatifnya, bahwa real interets rate harus positif," jelas dia.
Sementara itu, kondisi yang dihadapi oleh BI lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lain. Misalnya saja bank sentral Turki yang tidak ingin menaikkan suku bunga meski inflasi tinggi, sehingga memengaruhi mata uang Lira yang melemah cukup dalam.
"Sejauh ini saya liat BI sudah pruden, dia sudah jaga. Kemudian acuan normatif yang lain adalah jangan sampai suku bunga BI jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi. (Jika jauh lebih tinggi) sama saja dengan bank sentral itu membunuh pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News