"Seorang raja dengan gampang untuk memperpanjang, padahal tentu dia memiliki banyak agenda ke berbagai negara. Yang menarik justru bukan memperpanjangnya, tapi memindahkan kerajaan Arab Saudi ke Bali, ini yang bagus. Bagaimana ia memikirkan kerajaannya dan rakyatnya, tapi di Bali," ujar Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azhari kepada Media Indonesia, Minggu 12 Maret 2017.
Azril mengatakan, hal tersebut menunjukkan potensi wisata yang tidak melulu terfokus pada leisure, tetapi juga dapat digunakan sebagai tempat bekerja. Hal tersebut juga dapat menjadi hal yang baik bagi Bali bila lanjut dimanfaatkan sebagai bentuk promosi oleh pemerintahnya.
Kunjungan Raja Salman, juga dikatakan Azril, harus dapat dilihat pemerintah daerah sebagai gambaran bahwa mereka tidak boleh hanya fokus pada penambahan jumlah wisatawan. Hal utama yang harus dipikirkan adalah cara membuat wisatawan dapat menghabiskan waktu lebih lama dan melakukan pengeluaran yang lebih besar.
Saat ini, dikatakan Azril, belanja sudah masuk ke nomor satu dalam konsep wisata di banyak negara. Hal tersebut masih belum dipahami dan lakukan dengan baik di Indonesia. Pengembangan masih hanya berfokus pada promosi budaya dan alam. Padahal, shopping tourism menjadi hal utama yang berpotensi menyumbang devisa dari pariwisata.
"Promosi yang dilakukan pemerintah bagus, tapi produk wisatanya yang sebenanrnya harus disiapkan juga. Jadi bukan jumlah wisatawannya saja yang dihitung, tapi stay-nya yang lama dan spend money-nya yang juga besar. Itu sebenanrnya yang harus dikejar. Kalau banyak yang datang tetapi hanya backpacker, rasanya kan sayang," ujar Azril.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News