Ilustrasi. (Foto: Antara/Adeng).
Ilustrasi. (Foto: Antara/Adeng).

Izin Ekspor Distop, Produksi Rotan Jeblok

Amaluddin • 02 Desember 2016 18:59
medcom.id, Surabaya: Keputusan pemerintah untuk menyetop ekspor rotan sangat berpengaruh terhadap industri rotan di Jawa Timur (Jatim). Industri rotan di Jatim turun drastis dari 70 ribu ton per bulan menjadi 7.000 ton per bulan.
 
"Kebijakan pemerintah memang berubah-ubah, jika sebelumnya di perbolehkan ekspor, saat ini malah distop," ujar Ketua Himpunan Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim Nur Cahyudi, di Surabaya, seperti diberitakan Jumat (2/12/2016).
 
Akibatnya, kata Cahyudi, banyak produsen rotan saat ini beralih dari rotan ke kayu atau rotan sintetis. Selain itu, petani rotan juga lebih memilih ekspor mentahan dari pada dikirim ke Surabaya untuk jadi barang jadi. 

Menurut Cahyo, sapaan akrabnya, petani rotan di Indonesia saat ini didominasi dari Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Dengan negara tujuan ekspor rotan mentahan adalah Tiongkok, Malaysia dan Filipina. "Dulu masih ada sekitar 1.000 pengrajin rotan di daerah-daerah di Jatim, misalnya di Ngoro, Sidoarjo dan Pasuruan. Tetapi saat ini sudah tidak ada lagi, malah yang tersisa hanya 10 pengrajin saja," kata Cahyo.
 
Tak hanya itu, larangan ekspor bahan baku rotan juga berdampak buruk bagi dunia internasional. Beberapa pabrik di Filipina maupun Tiongkok tutup lantaran kekurangan bahan baku. Menurutnya, ini terjadi karena 80 persen rotan dunia dipasok oleh Indonesia. 
 
Sedangkan untuk pasar mebel rotan, mayoritas berasal dari Amerika, Eropa, dan Jepang. Negara-negara tersebut cukup meminati mebel rotan lantaran rotan cukup netral dan hangat bagi mereka di negara yang memiliki empat musim.
 
"Berbeda dengan kayu atau besi yang ikut dingin saat musim dingin dan panas saat musim panas. Suhu rotan tidak berubah mengikuti musim. Restoran-restoran mewah di Belanda furniturnya kebanyakan memakai rotan," paparnya. 
 
Berdasarkan data HIMKI, nilai ekspor rotan RI mencapai USD159 juta pada 2015. Kontribusinya hanya 13 persen. Meski demikian, HIMKI optimistis mampu menaikkan ekspor mebel rotan menjadi USD500 juta pada 2020.
 
"Butuh sekitar lima sampai enam tahun lagi agar nilai ekspor rotan domestik meningkat," katanya. 
 
Untuk mensiasati rendahnya permintaan ekspor rotan ini, HIMKI mengaku telah bekerjasama dengan pemerintah untuk pengadaan bangku dan meja sekolah menggunakan rotan di tahun ajaran 2017/2018 nanti. "Dari program tersebut maka total rotan kering yang dihasilkan petani mampu terserap maksimal," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan