"Perang dagang kan jadi ada diskon. Jadi sebenarnya, dari segi pariwisata, kita menikmati benefit yang ada. Jika banyak wisatawan yang masuk, karena mereka cabut dari Amerika, akibat adanya perang dagang, maka akan memberikan manfaat juga ke industri ritel kita. Tapi, harus jemput bola juga industri ritel kita," kata Budihardjo kepada Medcom.id, Senin, 30 Juli 2018.
Bayangkan saja, bilang dia, wisatawan yang masuk ke Indonesia mempunyai dana yang cukup banyak untuk hidup di Indonesia. "Jadi mereka yang dari Tiongkok dan Eropa ke sini, banyak uang yang dia miliki dan dikeluarkan di sini, mereka milih Indonesia tempat yang baik, sehingga banyak kita peroleh," jelas dia.
Apalagi, lanjut dia, banyak kegiatan industri ritel yang dilakukan tiap tahunnya, seperti Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) yang berdampak besar bagi industri ritel.
"Kita masih banyak ritel offline yang terus berkembang. Kalau ritel offline berkembang, maka ritel online juga akan hidup. Perayaan HBDI didukung Asian Games, itu memberi pengaruh besar," terang dia.
Pada saat ini, sambung dia, yang dikhawatirkan Hippindo hanya persoalan nilai mata uang rupiah yang menyusut terhadap dolar AS (USD). Dia menambahkan bahwa jatunya mata uang rupiah juga harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik.
"Tapi, dolar AS yang tinggi, turis untung banyak masuk ke Indonesia. Itu yang harus bisa dimanfaatkan. Jadi ada nilai positif dan negatifnya saat rupiah anjlok," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News