"Pemerintah menjadikan IKM gerabah dan keramik hias ini sebagai salah satu sektor yang perlu didorong pengembangannya, karena guna memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, 11 April 2019.
Gati menjelaskan salah satu kekuatan Indonesia dalam upaya menumbuhkan IKM sektor ini lantaran ditopang oleh ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah seperti tanah liat, feldspar, pasir silika, dolomit, limestone, batu granit, dan sumber daya alam lainnya. Selain itu, keunggulan lain yakni keberagaman desain yang menarik.
"Apalagi, industri kerajinan keramik hias atau gerabah di Indonesia merupakan sektor yang lekat dengan budaya, sehingga memiliki tempat di hati masyarakat kita," paparnya.
Ia optimistis kegiatan usaha IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang. Jumlah IKM gerabah dan keramik hias saat ini tercatat lebih dari 5.200 unit usaha yang telah menyerap tenaga kerja hingga 21.470 orang.
Sentra IKM gerabah dan keramik hias tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, di antaranya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Nilai ekspornya mencapai USD25,4 juta pada 2018.
"Kami yakin, IKM gerabah dan keramik hias di Indonesia masih memiliki peluang untuk meraih pasar yang lebih besar di dunia internasional. Apalagi, adanya kerja sama ekonomi komprehensif yang sudah ditandatangani seperti dengan Australia dan EFTA," imbuhnya.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengharapkan para pelaku industri keramik dalam negeri agar terus bersemangat. Dorongan akan diberikan untuk terus berkontribusi sebagai salah satu motor penggerak akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Menperin optimistis Indonesia berpotensi mampu menduduki peringkat ke-4 dunia sebagai produsen keramik. Beberapa negara tujuan utama ekspor tersebut, antara lain ke Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda, dan Britania Raya.
"Saat ini, kapasitas terpasang keramik nasional sebesar 560 juta meter persegi. Tentunya, setelah pemerintah memberikan keberpihakan kepada industri dalam negeri, utilitas produksi harus bisa meningkat," ucapnya.
Pemerintah juga sedang menggalakkan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Beberapa industri keramik nasional bahkan sudah menerapkan teknologi terbaru, seperti digital printing dan digital glazing yang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar.
“Perlu didorong pemanfaatan teknologi 3D printing, otomatisasi, artificial intelligence, dan big data,” sebut Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News