Melihat hal ini, Indonesia bisa dikatakan kekurangan tenaga kerja untuk profesi tersebut. Hal ini cukup mengkhawatiran, mengingat sebentar lagi negara-negara di Asia Tenggara akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (UP) Jakarta, Tri Widiastuti, usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Bidang Akuntansi UP, seperti dikutip Jumat (30/1/2015).
Pada kesempatan itu, ia yang menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Dampak Fraud Terhadap Kerugan Negara dan Strategi Mengatasinya, juga menyoroti ketidaksiapan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.
"Saat ini banyak akuntan kita yang belum diakui ketika ingin bekerja di Malaysia, Singapura dan Thailand. Ini karena SDM kita masih dinilai kurang," tutur dia.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, pihaknya saat ini tengah menjalin kerja sama dengan akuntan negara-negara tetangga, agar ke depan profesi akuntan di Indonesia bisa diakui di negara-negara ASEAN.
Tri mengatakan, banyak dari sumber daya manusia di Indonesia yang menekuni ilmu akuntansi tetapi justru lebih memilih bekerja ke profesi yang bukan di bidangnya, atau dengan kata lain malah menjadi akademisi.
Menurut dia, kebanyakan orang yang terjun ke bidang profesi menganggap bahwa insentif yang didapat dari kerja profesi itu lebih besar dibandingkan bila memilih berkair pada jalur akademisi atau pendidikan.
''Sehingga, banyak dari mereka yang memilih bekerja di bank ketimbang menjadi dosen,'' tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News