"Posisi NPL per Desember 2016 sekitar 11,72 persen. Bank Papua harus berupaya menekan risiko untuk kredit ini, jangan sampai terlalu tinggi pada 2107, ini yang kami minta Bank Papua menjaga kualitas kreditnya," ujar Kepala OJK Papua dan Papua Barat Misran Pasaribu dikutip dari Antara, Rabu 22 Februari 2017.
Menurut dia, jumlah NPL Bank Papua yang cukup tinggi sesuai dengan besaran pembiayaan yang telah dikeluarkan perusahaan tersebut.
"Penyaluran kredit Bank Papua sudah pada kisaran Rp14 triliun, LDR sekitar 80 persen, kami nilai cukup baik LDR tersebut. Terkait dengan NPL, ini sebenarnya sejalan dengan penyaluran kredit yakni semakin besar yang disalurkan semakin besar risikonya," katanya.
Misran pun berpendapat Bank Papua memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak perekonomian rakyat. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah aset yang dimiliki oleh bank milik Provinsi Papua dan Papua Barat tersebut.
"Bank Papua asetnya yang terbesar di Indonesia Timur, bahkan mengalahkan Sulawesi Selatan. Ini seharusnya menjadi modal untuk masyarakat Papua bisa memanfaatkan keberadaan Bank Papua guna memberikan pembiayaan," ujarnya.
Menurut dia belum juga adanya pengganti pada beberapa direksi juga membuat bank tersebut kesulitan mengambil kebijakan untuk menekan NPL. Oleh karena itu Misran mengimbau Bank Papua dan para pemegang saham untuk segera menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) guna menunjuk direksi yang baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id