Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tingginya pertumbuhan urbanisasi dapat mengakibatkan kepadatan penduduk yang luar biasa di perkotaan. Ani--sapaannya--memperkirakan, 86 persen masyarakat di perdesaan akan tinggal di perkotaan pada 2025.
"Pada 2025 penduduk Indonesia 68 persen hidup di perkotaan," ujar Ani dalam seminar 'Managing Urbanization for Sustainable Cities" di Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa, 19 Desember 2017.
Pertumbuhan urbanisasi dalam negeri, kata Ani, juga diiringi dengan peningkatan urbanisasi secara global. Sebanyak 75 persen populasi dunia bakal menempati perkotaan pada 2050. Angka tersebut naik 54 persen jika dibandingkan 1990 yang penduduk kotanya hanya sebesar 15 persen.
Namun, lanjutnya, urbanisasi justru mendorong konsumsi rumah tangga, investasi, dan pengeluaran pemerintah bila dikelola dengan baik. Sayangnya untuk setiap kenaikan satu persen penduduk perkotaan, Indonesia hanya memperoleh pertumbuhan PDB per kapita sebesar empat persen.
Hal ini disebabkan oleh kemacetan, polusi, dan risiko bencana akibat tidak memadainya investasi infrastruktur. "Tidak ada satu negara mana pun di dunia ini yang tidak mencapai penghasilan medium tanpa populasi yang berpindah ke perkotaan. Urbanisasi memang diperlukan untuk jaga pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang," imbuh dia.
Oleh sebab itu, pemerintah mendorong pengelolaan urbanisasi yang tepat melalui pembangunan fasilitas dasar seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, dan air bersih. Berikut pemberdayaan bagi pendatang melalui pendidikan dan pelatihan, penyediaan kemudahan berusaha, dan lapangan pekerjaan.
"Indonesia harus menuai keuntungan penuh dari urbanisasi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News