Ilustrasi petani sawit. (FOTO: ANTARA/Regina)
Ilustrasi petani sawit. (FOTO: ANTARA/Regina)

Kembangkan Inti Plasma Sawit, RI Bakal Jadi Negara Maju

Husen Miftahudin • 27 Januari 2016 17:57
medcom.id, Jakarta: Sebagai salah satu negara dengan produksi kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia dinilai mampu menjadi negara maju jika mengembangkan produk hilir minyak sawit. Maka itu, perlu ada dorongan dari pemerintah untuk mengembangkan kelapa sawit agar mampu memberi nilai tambah dari produk sawit dan turunannya.
 
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, terdapat tiga hal yang mampu menjadikan sawit sebagai pendorong majunya Indonesia. Pertama, sebut dia, adalah pengembangan inti plasma kelapa sawit.
 
Hubungan kemitraan antara petani sawit dengan pelaku usaha besar (inti plasma) mampu membuat produk-produk sawit Indonesia memiliki nilai tambah yang lebih jika dibandingkan dengan penjualan kelapa sawit secara mentah. Pasalnya, sebanyak 44 persen dari 10 juta hektare (ha) lahan merupakan milik petani sawit.

"Kita sempurnakan inti plasma kita sehingga semua pihak bisa mendapat manfaat. Dan syukur-syukur pengembangan inti plasma itu bisa menjadi model pembangunan di Indonesia dengan mengurangi ketimpangan," ujar Bambang, dalam ajang pertemuan nasional sawit Indonesia di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jalan Lapangan Banteng Timur, Jakarta Pusat, Rabu (27/1/2016).
 
Kedua, lanjut dia, adalah pengembangan produk hilirisasi sawit. Dengan hilirisasi produk turunan dan olahan sawit, maka pelaku usaha kelapa sawit Indonesia akan mendapat nilai tambah sehingga terjadi peningkatan terhadap pendapatan.
 
"Saya yakin kalau kita punya riset dan pengembangan sawit yang itu bisa menghasilkan banyak produk, maka Indonesia bisa menjadi negara maju dengan basis ada nilai tambah dari olahan dan industri sawit," papar Bambang.
 
Sedangkan yang terakhir adalah sawit bisa dijadikan sebagai energi baru terbarukan untuk transportasi. Alasan ini bisa dibawa ke forum internasional yang masih memicingkan mata terhadap produk turunan sawit karena dinilai tidak ramah lingkungan.
 
"Negara-negara Eropa terus kampanye hitam terhadap produk sawit kita. Maka alasan renewable energy untuk listrik dan biofuel yang lebih mengarah ke diesel bisa menjadi counter arguement kita di forum internasional karena sawit adalah satu-satunya energi baru terbarukan yang bisa digunakan untuk transportasi," pungkas Bambang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan