Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto: Istimewa.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto: Istimewa.

IOM: 48,5 Juta Orang Jadi Korban Perbudakan di Laut

Riyan Ferdianto • 15 Agustus 2016 19:40
medcom.id Jakarta: International Organization for Migration (IOM) menilai kerja sama antar negara untuk memberantas aksi kejahatan yang terjadi di laut sangat dibutuhkan. Sebab, tindak keriminal sangat sulit diungkap tanpa bantuan negara lain.
 
"Isu tindakan kriminal sangat sulit diungkapkan. Di daratan saja susah ditangani, apalagi kasus di laut," ujar Chief of Mission IOM Indonesia, Mark Getchell, di sela-sela Asean Workshop on Forced Labour in Fishing Industry di Jakarta, Senin (15/8/2016).
 
Mark mencatat, negara-negara di Asia paling banyak menjadi korban perbudakan. Oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama antar negara maritim yang melindungi para korban kejahatan trafficking yang sebagian besar adalah anak buah kapal (ABK)

"Kemungkinan 48,5 juta korban di dunia, dua pertiga di antaranya berasal dari Asia. Siapa saja korban-korban ini, pastinya dari negara yang paling rentan. Kebanyakan dari negara-negara yang tidak baik kondisi ekonominya," jelas Mark.
 
Selain itu, lanjut Mark, negara yang secara ekonomi lemah amat mudah ditarik dalam perdagangan orang. Workshop menyediakan ruang diskusi untuk membahas strategi dan kerja sama pihak penegak hukum, pejabat kementerian untuk membasmi illegal fishing.
 
Workshop ini merupakan kerja sama IOM bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia dan Polri. Acara membahas isu pedagangan orang dan kerja paksa yang banyak ditemui di industri perikanan di tingkat regional ASEAN.
 
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, di dalam kegiatan illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing kerapkali ditemukan tindak pidana lain. Salah satunya perdagangan orang. "IUU Fishing terbukti jadi pintu masuk kejahatan perikanan dan kejahatan terkait perikanan. Seperti tindak pidana perdagangan orang," ujar Susi.
 
Selain itu, kata Susi, penyelundupan dan perdagangan obat-obatan terlarang, flora dan fauna yang dilindungi dan terancam punah, serta barang-barang impor ilegal, tindak pidana pencucian uang, pemalsuan dokumen dan tindak pidana korupsi masih marak ditemukan. Negara-negara Asean seperti Indonesia, Myanmar, Vietnam, Filipina, Thailand dan Malaysia menyumbang 20,7 persen dari total tangkapan ikan dunia.
 
Namun,  kemajuan industri perikanan Asean terindikasi dengan praktik-praktik usaha yang berdampak penangkapan ikan berlebihan (overfishing) dan kerusakan alam. "Tak jarang, para pelaku usaha mengeksploitasi korban-korban perdagangan orang untuk melancarkan usaha perikanan ilegal," kata Susi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DOR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan