Menurut Direktur Utama BRI Agroniaga I Komang Sudiarja, perseroan telah menggapai posisi kredit Rp7,4 triliun hingga saat ini. Sampai akhir tahun, manajemen memprediksi bisa mencapai Rp7,7 triliun, atau tumbuh 18 persen dari porsi kredit yang tersalurkan sebesar Rp6,04 triliun di 2015.
"Posisi kredit BRI Agro baru Rp7,4 triliun. Kita harapkan di akhir Desember 2016 mudah-mudahan bisa mencapai Rp7,7 triliun, atau tumbuh 18 persen," jelas I Komang, ditemui usai RUPSLB perseroan di kantor pusat BRI Agro, Jakarta, Kamis (22/9/2016).
I Komang mengaku, porsi penyaluran kredit perseroan masih difokuskan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena, sektor ini setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan bila dibanding sektor lain. Meski demikian, sektor lain juga banyak menyumbang ke porsi kredit perseroan, seperti sektor konsumer.
Sementara posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat telah mencapai Rp7,8 triliun per Agustus 2016. Porsi DPK akan ditingkatkan kembali hingga akhir tahun ini mencapai Rp8 triliun.
"Tingkat loan to deposit ratio (LDR) sekitar 90 an di akhir tahun. Dengan asumsi pertumbuhan kredit 18 persen tadi," beber I Komang.
Penurunan Tingkat Kredit Bermasalah atau NPL
Sejalan dengan pertumbuhan, Direktur Operasional dan Keuangan BRI Agroniaga Zainuddin Mappa menambahkan, perseroan juga gencar menurunkan kredit bermasalah. Hingga Juni 2016, porsi NPL mencapai 3,3 persen. Emiten dengan kode ticker AGRO ini optimis bisa menjaga NPL di posisi 2,4 persen hingga akhir 2016.
"Posisi Juni sebesar 3,3 persen, sampai akhir tahun 2,4 persen. Sektor kredit agri bisnis yang banyak menyumbang NPL. Ada pertanian lain sapi dan sebagainya juga ada berat. Tapi masih terkontrol. Sawit juga ada, kemarin kan adanya perubahan cuaca El Nino. Tapi mulai pulih kembali, produktivitas akan membaik," papar Zainuddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News