"Nilainya Rp21,4 triliun itu untuk merancang membangun mengoperasikan memelihara selama 15 tahun," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 3 Mei 2019.
Dirinya menambahkan, satelit ini akan bisa digunakan pada 2022. Sementara selama periode pembangunan, pemerintah akan melakukan sewa sampai SATRIA mampu menghasilkan internet dengan kecepatan 150 Gigabits per second (Gbps).
"Karena masyarakat kan tidak bisa menunggu sampai 2022. Tapi kalau sewa kan kapasitasnya kecil-kecil, paling 2,5 Gbps, 5 Gbps, yang kita bangun ini kan 150 Gbps," jelas dia.
Rudiantara menyebut SATRIA sebenarnya belum akan memenuhi kebutuhan internet di Indonesia. Meskipun sudah ada Palapa Ring, namun SATRIA akan menjadi pelengkap karena bisa menjangkau tidak hanya Kabupaten/Kota tetapi juga pendalaman wilayan seluruh Indonesia.
"150 gbps belum penuhi kebutuhan Indonesia. Pertimbangkan kapasitas berikutnya, saya belum hitung persis. Ini hanya penuhi (sebagian), kalau ada aplikasi tentu tambah lagi," ungkapnya.
SATRIA akan mulai dikonstruksi pada akhir 2019 oleh manufaktur satelit asal Prancis, Thales Alenia Space. SATRIA direncanakan selesai dan siap diluncurkan pada kuartal II-2022 dan diharapkan dapat beroperasi di awal 2023.
Cakupan layanan SATRIA akan mencapai hampir 150 ribu titik layanan publik, yang terdiri dari sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, administrasi pertahanan dan keamanan, serta pemerintahan daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News