"Di 2017 ekspor sedikit. Di 2018 ada ekspor karena keputusan anti dumping kemarin dicopot. Tahun ini tergantung karena tuduhan anti subsidi sedang diproses. Kalau itu dibenarkan, akan terhambat lagi ekspor," ujarnya saat ditemui di Kantor Maritim, Jakarta, Selasa, 26 Februari 2019.
Seperti dijelaskan Togar, sebelumnya Indonesia mendapat tuduhan dumping biodiesel dari Uni Eropa yang mengakibatkan diberlakukannya bea masuk anti dumping sebesar 8,8 persen hingga 23,3 persen. Sejak saat itu, ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa mengalami penurunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa turun sebesar 42,84 persen dari USD649 juta pada 2013 menjadi USD150 juta pada 2016. Namun untuk tuduhan subsidi biodiesel, Togar mengatakan, ekspor memang kemungkinan turun tetapi tidak sampai nol.
"Enggak sampai nol juga sih, tapi akan lebih sedikit dari 2018. Tergantung keputusannya kapan di announce sama mereka," kata dia.
Sebagai informasi, pada 2017 ekspor biodiesel tercatat 164 ribu kiloliter dan mengalami peningkatan pada 2018 menjadi sekitar 1,56 juta kiloliter, naik signifikan sebanyak 851 persen.
Kampanye Hitam Kelapa Sawit
Tantangan industri kelapa sawit menjadi semakin kompleks sejak digaungkannya gagasan Renewable Energy Directive (RED) II oleh Uni Eropa sejak November 2018. Adalah alasan utama parlemen Uuni Eropa menolak produk sawit Indonesia karena berpotensi deforestasi atau penghilangan hutan alam.
Dalam hal ini, negara-negara yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yakni Indonesia, Malaysia, dan Columbia akan mengambil sikap untuk menolak RED II karena selain dianggap tak berdasar, juga bakal berdampak signifikan pada industri kelapa sawit.
Togar mengatakan CPOPC diberikan waktu hingga 8 Maret untuk memberikan sanggahan. Hal ini juga yang melatarbelakangi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengumpulkan pengusaha kelapa sawit agar kompak menyuarakan penolakan.
"Pesannya kita harus kompak, dihadapi bersama oleh industri, tidak sendiri-sendiri," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News