Salah seorang perajin perak dan tembaga Desa Pampang Kecamatan Paliyan Madiyo mengatakan sumber daya manusia(SDM) di Desa Pampang dirasakan belum mampu untuk menghadapi produk dari luar daerah.
"Di sini faktor kendala terbesar terletak pada SDM, banyak sekali masyarakat yang belum bisa membuat terobosan-terobosan unik untuk menembus pasar nasional," kata Madiyo dikutip dari Antara, Kamis (31/3/2016).
Madiyo mengungkapkan sejak awal tahun, jumlah pesanan kerajinan perak dan tembaga miliknya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pihaknya menduga bahwa ada peralihan model bentuk serta hiasan baru yang belum bisa diikuti oleh perajin lokal.
"Saat demam batu akik dulu sempat melambung naik, tapi sejak awal tahun mulai menurun jumlah permintaan kerajinannya," kata Madiyo lagi.
Situasi saat ini sangatlah mempengaruhi hasil produksinya. Pasalnya, hanya dengan memanfaatkan tenaga manusia dalam sehari satu orang pegawai hanya bisa memproduksi satu jenis perhiasan saja.
"Padahal kami juga bisa membuat sejumlah perhiasan mulai dari cincin, gelang, kalung dan juga hiasan, serta mengenai harga kami jual Rp25.000 hingga jutaan rupiah tergantung model dan juga kerumitannya," katanya pula.
Selain terkendala SDM, ia mengatakan faktor mesin dan juga kekurangan biaya menjadi salah satu faktor lain kenapa para perajin lokal takut bersaing dalam MEA.
"Peralatan saja belum mencukupi. Untuk melapisi hiasan perak, kami harus ke Kota Gede di Yogyakarta karena hanya di sana yang punya alatnya," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News