"Kinerja BNI Syariah relatif terjaga. Meski target aset diperkirakan tak akan tercapai, target profit tahun ini diperkirakan masih akan tercapai," ujarnya di Gedung BNI Syariah, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (21/9/2015).
Dirinya menambahkan, cara yang dilakukan oleh BNI Syariah adalah dengan menjaga rasio pembiayaan bermasalah akan tetap dijaga di bawah tiga persen tahun ini. Selain itu, BNI Syariah juga tidak akan terlalu ekspansif dalam pertumbuhan pembiayaan sampai dengan 2016.
"Saat ini pembiayaan produktif yang terdiri dari pembiayaan komersial dan mikro di-rem. BNI syariah tergantung pada pembiayaan griya yang porsinya mencapai 83 persen dari pembiayaan konsumtif dengan porsi 95 persen di antaranya merupakan pembiayaan rumah pertama," jelas dia.
Pembiayaan yang berfokus pada perumahan pertama itu bahkan menyumbang pertumbuhan pembiayaan di level 1,6 persen. Sementara secara keseluruhan, non performing financing (NPF) BNI Syariah per Agustus 2015 mengalami kenaikan dari Juni 2015 sebesar 2,42 persen menjadi 2,8 persen.
Untuk mengantisipasi kenaikan NPF ini, perseroan akan meningkatkan cadangan atau provisi. BNI Syariah menyiapkan coverage ratio mencapai 80 persen. Selain itu, restrukturisasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dinilai membantu meminimalisir pembiayaan bermasalah.
"Meski pengaruh aturan tersebut tidak signifikan jika tidak dilakukan segera. Sebab, melakukan restrukturisasi terhadap nasabah yang sudah tidak memiliki kemampuan membayar, akan sangat tidak berguna," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News