"Berkurangnya produksi jagung itu terjadi pada subround I (Januari-April) sebesar 3.748 ton pipilan kering (11,40 persen) dan subround II (Mei-Agustus) sebesar 1.219 ton pipilan kering (46,47 persen)," kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, seperti dikutip dari Antara, di Denpasar, Selasa (22/3/2016).
Ia mengatakan, sebaliknya pada subround III (September-Desember) justru terjadi peningkatan sebesar 4.957 ton pipilan kering (97,08 persen). Menurunnya produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Bangli mencapai 2.265 ton pipilan kering atau berkurang 53,42 persen.
"Penurunan produksi jagung di Bali selama 2015 dominan akibat berkurangnya luas panen sebesar 1.339 hektare (8,03 persen)," tuturnya.
Adi Nugroho menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya luas panen jagung antara lain menurunnya luas tanam pada Januari 2015 sebesar 341 hektare (29,73 persen). Berkurangnya luas tanaman jagung juga terjadi pada Mei 2015 seluas 128 hektare (21,23), dan September 2015 tercatat 50 hektare (10,78 persen).
"Selain itu, juga akibat banyak tanaman jagung dipanen muda untuk jagung bakar dan rebus di sejumlah objek wisata pantai dan pegunungan di Pulau Dewata, disamping memenuhi kebutuhan untuk sayur mayur dan pakan ternak," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id