Karet. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.
Karet. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

Kualitas Olahan Karet Harus Ditingkatkan

27 Maret 2016 15:37
medcom.id, Sumsel: Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan, mendorong petani meningkatkan kualitas olahan getah karet untuk mendongkrak harga jual.
 
Bupati Penukal Abab Lematang Ili Heri Amalindo di Penukal Abab Lematang Ilir memperkirakan harga karet yang turun hingga Rp4.000 per kilogram (kg) ini bukan semata-mata permintaan ekspor, melainkan ulah dari petani sendiri yang tidak memiliki standarisasi dalam membersihkan dan mengeringkan getah karet.
 
"Memang harga karet sedang turun, tetapi mengapa di PALI (Penukal Abab Lematang Ilir, red.) sampai Rp4.000 per kg, semetara di daerah lain di Sumsel masih bisa Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg. Ini menunjukkan bahwa kualitas karet olahan petani PALI masih sangat rendah," katanya dikutip dari Antara, Minggu (27/3/2016).

Lantaran itu para pembeli getah karet memberikan harga rendah kepada petani karena mereka harus memproses lagi untuk membersihkan getah karet.
 
"Ada suatu kebiasaan yang sudah turun-temurun seperti mencampur getah karet dengan tatal kulit kayu, sagu, batu, dan bahan-bahan lain agar ketika ditimbang menjadi lebih berat. Ini justru pemikiran yang salah karena membuat harga jualnya jadi rendah," katanya.
 
Oleh karena itu, dalam waktu dekat, Pemkab PALI akan mengadakan sosialisasi kepada petani mengenai cara mengolah getah karet yang benar dan sesuai dengan standar. Dengan begitu, harga karet dapat lebih tinggi di tengah keterpurukan kehidupan perekomian petani akibat rendahnya permintaan dunia.
 
"Petani di PALI harus dibiasakan menjual barang-barang bermutu, baik hasil pertanian, perkebunan, peternakan, maupun perikanan. Ini penting karena Indonesia sudah memasuki era persaingan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)," jelas dia.
 
Sementara itu, Kepala Perdagangan dan Perindustrian Sumatera Selatan Permana mengatakan bahwa petani karet kerap mengesampingkan kualitas karena beranggapan penambahan bahan-bahan lain akan menambah berat getah sehingga akan menambah keuntungan.
 
"Ini memang tidak mudah karena telah membudaya, nanti pemerintah provinsi akan memiliki program yang mengharuskan kalangan eksportir mengedukasi petani karet, atau lebih ekstrem lagi dengan memaksa mereka untuk tidak membeli karet yang kotor," terangnya.
 
Ketua Gapkindo Sumsel Alex K. Eddy mengatakan bahwa pengusaha sebenarnya mau membeli dengan harga tinggi untuk kadar karet kering 100 persen karena tidak akan menambah biaya produksi.
 
Namun, kenyataannya justru sebagian besar pabrik karet di Sumsel masih menerima bokar dengan kadar 40 hingga 50 persen.
 
"Gapkindo menyayangkan kondisi ini karena sudah berlangsung selama puluhan tahun meski para petani karet sudah mengetahui cara mengolah getah karet yang baik," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan