Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengaku, permasalahan tersebut cukup mencekik industri mamin lokal. Apalagi ditambah dengan permasalahan lainnya seperti infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik, energi gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi.
"Penyediaan bahan baku harus diperbanyak, terutama dari lokal. Jika tidak, bisa menghambat peningkatan kapasitas produksi. Sedangkan keterbatasan infrastuktur membuat ekspansi terkendala, seperti ketika ingin memperluas dan mendekatkan pabrik ke lokasi sumber bahan baku," ujar Saleh, dalam keterangan tertulisnya, Gresik, Jawa Timur, Jumat (17/4/2015).
Ia menambahkan, jika bahan baku industri mamin dapat disediakan dari dalam negeri, maka tak ayal industri mamin lokal bakal bergairah untuk bertarung dengan produk dari negara lainnya. "Artinya, kita mesti memperkuat struktur industri makanan minuman," ungkap dia.
Saleh menuturkan, pemerintah saat ini terus berupaya untuk menyediakan infrastruktur agar iklim usaha fiskal dan non-fiskal dapat diperbaiki. Tak lupa, penyediaan bahan baku lokal dan penyediaan bunga bank seperti fasilitas dan pembiayaan merupakan cara lain pemerintah untuk membuat industri dalam negeri menjadi lebih kuat.
"Penguatan industri ini menjadi andalan ketika kita ingin meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian. Keberadaan industri olahan ini juga sebagai penggerak utama ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia dan mendorong tumbuhnya industri-industri terkait," papar dia.
Dalam kunjungannya ke sejumlah industri mamin seperti PT Karunia Alam Segar yang merupakan unit produksi mi instan dan minuman milik Wings Group, Saleh berharap agar mendorong agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri saat MEA diberlakukan dalam delapan bulan mendatang.
"Jika industri kita kuat, maka tidak perlu takut menghadapi MEA. Justru kita bisa memperluas pasar ekspor," kata dia.
Chairman Wings Group Eddy Willian Katuari menambahkan, pihaknya kini tengah mendorong penggunaan bahan baku lokal. "Misalnya produk kopi, pasokan Wings dari sentra kopi di Sumatera seperti Aceh, Sumatera Utara, Palembang, bahkan dari Toraja," aku Eddy.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Farid Al Fauzi menegaskan, pihaknya juga punya komitmen kuat untuk menjaga iklim investasi dan industri tetap kondusif. Dia juga menyinggung soal kebutuhan gula rafinasi untuk industri.
"Pada dasarnya, gula rafinasi memang dibutuhkan industri tetapi DPR tetap tegas bahwa jangan sampai merembes keluar dari pelaku industri dan masuk ke pasaran," pungkas Farid.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri mamin (termasuk tembakau) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas pada 2014 sebesar 30 persen. Sedangkan laju pertumbuhan kumulatif industri mamin pada 2014 sebesar 9,54 persen, meningkat dari 2013 yang hanya sebesar 4,07 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News