MEA. Dokumen Setkab
MEA. Dokumen Setkab

Tak Didukung, Wanita Pengusaha Ketar-ketir Hadapi MEA

Husen Miftahudin • 23 Maret 2015 13:31
medcom.id, Jakarta: Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mengaku ketar-ketir dalam menghadapi era pasar tunggal ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA). Pasalnya, pengusaha dari negara lain telah lebih menyiapkan diri untuk menghadapi perdagangan bebas tersebut.
 
Ketua Umum IWAPI Nita Yudi mengungkapkan, kesiapan dari para pengusaha negara-negara ASEAN lain telah didukung penuh pemerintahnya dalam menghadapi perdagangan bebas. Sehingga ketika dia bertemu wanita pengusaha lain pada acara Association Women Entrepreneur Nertworking (AWEN) di Vietnam, mereka telah siap bertarung dan merebut pasar Indonesia.
 
"Mereka punya kesiapan yang luar biasa, itu karena pemerintahnya mendukung penuh. Bahkan para pengusaha tersebut sudah diajarkan Bahasa Indonesia untuk merebut pasar Indonesia," kata Nita ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (23/3/2015).

Dia melanjutkan, agar lebih siap, pemerintah seharusnya lebih berbenah dengan memberikan dukungan penuh kepada para pengusaha, khususnya wanita pengusaha Indonesia. Pasalnya, sebanyak 54 juta pengusaha yang bergerak di sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), 60 persen diantaranya adalah wanita.
 
Dia menjelaskan, wanita pengusaha tersebut bergerak di bidang kuliner, garmen, kerajinan. Maka itu, pihaknya meminta agar program pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkolaborasi dengan pengusaha untuk siap siaga terjangan pengusaha negara ASEAN lainnya.
 
Dia mengungkapkan, dengan berkolaborasi, maka pihak IWAPI bersedia untuk memberikan pelatihan kepada pengusaha wanita Indonesia agar bisa ekspor. "Dari IWAPI kita bisa memberikan pelatihan, atau kita minta program kerja disalurkan ke daerah," papar Nita.
 
Tak sekadar itu, dia pun meminta keringanan pajak UMKM. Sebagaimana diketahui, pemerintah akan menarik pajak usaha sebesar satu persen dari omzet. Dia meminta satu persen dari profit.
 
"Kemudian tax, saya tak tahu sudah diluncurkan atau belum tax 1 persen memang bahasa marketingnya. UMKM 1 persen itu dari omzet. Bayangkan, hanya Rp150 ribu dikali 30, itu kan totalnya Rp4,5 juta. Itu belum dihitung lain-lain, bagaimana mau tumbuh kalau bayarnya tinggi. Kalau mau 1 persen dari profit," pungkas Nita.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan