"Alasannya, pertama, sukuk yang diterbitkan Indonesia jenisnya beragam," ujarnya dalam 'Seminar Ekonomi Islam' di Gedung Dhanapala, Jalan Dr Wahidin, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015).
Adiwarman juga mengakui, sebelumnya sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah memang untuk mendanai APBN, namun kemudian berubah. "Betul (awalnya) untuk mendanai APBN tapi setelah itu, tidak. (Penerbitan sukuk) Untuk pembangunan bangsa," cetus dia.
Alasan kedua, penerbitan sukuk di Indonesia ini secara berkala dan kontinu meskipun nilainya kecil. Sementara di negara lain penerbitan hanya sesekali saja dengan nilai yang besar.
Sedangkan alasan ketiga, Indonesia punya sukuk retail yang bisa dibeli secara individu. "Karena (pemilik modal) yang kecil bisa menikmati sukuk. Kalau di luar negeri hanya (pemilik modal) yang besar karena sukuknya besar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News