Indonesia dan Thailand masih mengkaji pemanfaatan perdagangan bila masuk TPP. Indonesia sendiri menyatakan keinginannya untuk ikut bergabung pada Oktober tahun lalu, sementara negeri gajah putih tersebut sudah mengungkapkannya pada November 2012.
Kepala bidang Kebijakan Fiskal Badan Pusat Pengkajian Industri (BPPI) Kemenperin Reni Yanita mengungkapkan dari 12 negara anggota TPP, Indonesia belum melaksanakan perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat, Chile, Meksiko, Peru, dan Kanada. Negara-negara tersebut memiliki pasar besar dalam bidang industri otomotif.
Sayangnya menurut dia, bila Indonesia dan Thailand benar-benar masuk TPP, maka potensi ekspor otomotif Indonesia akan tergerus. Hal ini karena pasar negara anggota TPP tersebut didominasi oleh permintaan produk otomotif yang memiliki teknologi canggih dan ramah lingkungan.

Perdagangan indonesia dengan TPP MTVN/Husen M.
"Kita perlu berhati-hati bila Thailand ikut. Indonesia harus siap karena ekspor ke negara-negara tujuan TPP bisa terancam," ujar Reni dalam Forum Group Discussion Forwin di kantor Kemenperin, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (1/6/2016).
Industri otomotif Indonesia masih tertinggal jauh bila berbicara soal teknologi otomotif dengan Thailand. Negeri gajah putih tersebut telah mampu memproduksi kendaraan yang memiliki standar emisi Euro 4 ke atas seperti permintaan Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Baca : Indonesia Berencana Gabung dalam TPP
"Maka itu kita semua harus membenahi bersama biaya produksi yang saat ini masih mahal, termasuk harga energi yang jadi kendala utama para industri otomotif. Ini agar produksi otomotif dalam negeri bisa meningkat dan mampu meraup pasar dengan produk sesuai standar emisi yang ditetapkan," imbuh dia.
Selama ini, ekspor kendaraan bermotor roda empat Indonesia lebih ke negara-negara anggota TPP. Dalam data yang dipaparkannya, Indonesia hanya mampu mengekspor otomotif senilai USD443,2 juta atau memiliki porsi 20,62 persen dari total output sektor otomotif Indonesia sebesar USD2,15 miliar pada 2015.
Suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih menjadi komoditi ekspor terbesar Indonesia di bidang otomotif. Pada tahun yang sama, ekspor suku cadang senilai USD910,6 juta atau 42,36 persen dari total output sektor otomotif dalam negeri.
"Kalau menurut kami, bila ada beberapa sektor yang mendapatkan keuntungan dari TPP ini, lebih baik kita harus kerjasama bilateral. Tidak harus kita ikut TPP, karena ada Sumber Daya Alam yang belum terekplorasi secara maksimal," pungkas Reni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News