"Sudah saatnya sekarang kami mempunyai policy rate yang mencerminkan situasi pasar uang tenor jangka pendek. Pada 19 Agustus mendatang BI Rate berubah menjadi BI 7 day repo rate," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di Jakarta, Senin (15/8/2016).
Apalagi, kata Mirza, tren penurunan inflasi di sepanjang 2016 mendukung upaya BI menurunkan suku bunga. Dengan begitu, upaya BI untuk mendorong perekonomian nasional lewat sektor riil bisa tercapai.
Selain itu, rendahnya inflasi akan mendorong daya beli masyarakat menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, dirinya meminta agar pemerintah tetap berupaya untuk menurunkan inflasi ke level yang lebih rendah yang utamanya didorong oleh administered price.
Di sisi lain, pemberian subsidi pemerintah untuk harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ternyata menyebabkan inflasi yang tinggi. Dengan pengurangan subsidi yang cukup besar, inflasi administered price naik signifikan, karena harga BBM yang turun sementara harga non BBM naik.
Hal demikian, ternyata terjadi di Indonesia pada 2005 dan terulang di 2008. Dengan pengurangan subsidi BBM ternyata Indonesia mengalami inflasi hingga 13 persen, namun di sisi lain pengurangan subsidi secara perlahan dapat mengendalikan inflasi dengan baik.
"Tadinya subsidi 30 persen dari APBN kita, sekarang tingga 10 persen, jadi karena sekarang inflasi kita jauh terkendali, sekarang tahun lalu 3,3 persen, tahun ini per Juli 3,2 persen, year to date 1,8 persen. Inflasi kita sekarang sudah jauh terkendali, sekarang inflasi ada yang volatile food," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News