Direktur Utama MTF Ignatius Susatyo mengatakan, potensi naiknya NPL tidak hanya berasal dari pelemahan ekonomi. Proses persetujuan yang kurang sempurna di awal juga memicu naiknya NPL. Dengan dasar ini, MTF menerapkan dua strategi utama dalam mengantisipasi kenaikan tersebut.
"Kami memiliki dua program utama yakni Mobile Survey dan Early Payment Default. Dua program ini menjadi andalan kami dalam menekan NPL. Mobile Survey mulai berjalan tahun ini. Sedangkan Early Payment Default sejak tiga tahun lalu," kata dia, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (9/9/2015).
Melalui aplikasi Mobile Survey, petugas MTF dipantau melalui teknologi GPS hingga lokasi nasabah, baik di rumah atau kantor. Petugas lantas melakukan foto selfie untuk membuktikan bahwa kewajiban survey dilakukan dengan benar. Aplikasi ini membantu benar-benar selektif menyeleksi nasabah. Selanjutnya akan terus disempurnakan di cabang-cabang.
MTF juga menetapkan strategi Key Performance Indicators (KPI) di tiap cabang untuk Early Payment Default secara seragam untuk setiap nasabah. Jadi setiap petugas harus terapkan itu untuk setiap nasabah.
Ignatius menambahkan, MTF akan terus berusaha menjaga tingkat NPL di level yang aman. Adapun sampai dengan paruh pertama di 2015, MTF mencatat NPL sebesar 1,2 persen. Menjaga NPL ini menjadi penting sejalan adanya penurunan daya beli akibat dari perlambatan ekonomi.
"Posisi NPL saat ini memang rendah, tetapi itu belum aman. Karena sudah mulai kelihatan nasabah kami yang cicilannya tersendat karena ekonomi lagi down. Kami tidak tahu akhir tahun seperti apa. Tetapi kami perkirakan NPL bisa naik ke 1,3 persen di akhir tahun nanti," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News