Pelabuhan Cilamaya nantinya dinilai seperti Pelabuhan Merak -- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/
Pelabuhan Cilamaya nantinya dinilai seperti Pelabuhan Merak -- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/

Cilamaya Belum Ideal Jadi Pelabuhan Kelas Internasional

Ade Hapsari Lestarini • 06 Maret 2015 17:19
medcom.id, Jakarta: Pemerintah diminta berpikir ulang untuk menjadikan Pelabuhan Cilamaya sebagai pelabuhan berkelas internasional. Imbauan ini merujuk pada Pelabuhan Merak yang sekarang nasibnya dinilai terbengkalai, pemerintah seharusnya tidak mengulang kesalahan yang serupa.
 
Jika Cilamaya akan menjadi pelabuhan internasional, maka juga harus melihat ketersediaan maskapai pelayaran yang melayani rute internasional.
 
"Contoh pelabuhan di Merak, dulu banyak sekali pelayaran dan terakhir hanya dua. Itu pun sekarang hanya satu, dan dilayani satu kapal saja. Nah itu awalnya akan menarik industri di wilayah Banten, tapi itu tidak bejalan, karena dari sisi industri, dia akan melihat ketersediaan space kapal akan ada atau tidak," kata Senior Logistics PT Global Putra Internasional, Anang Hidayat, dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Menurut Anang, pemerintah harus mempertimbangkan hal itu, karena saat ini minim maskapai Tanah Air yang melayani rute internasional. Padahal, untuk memiliki satu pelabuhan, keberadaan satu maskapai yang melayani seluruh rute dunia merupakan satu keniscayaan.
 
"Kalau melihat jalur internasional, kita tidak memiliki satau maskapai yang memberikan layanan sampai ke seluruh dunia. Dulu mungkin ada, tapi sekarang tidak ada lagi, atau nyaris tidak terdengar. Ada juga Samudra Indonesia, tetapi tidak banyak," ujar dia.
 
Terlebih, dunia pelayaran nasional saat ini hanya menjadi agen-agen dari perusahaan pelayaran internasional, serta feeder. Selain itu, pelayaran internasional juga saat ini lebih memilih rute-rute yang sudah ada, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong yang mempunyai kepastian adanya barang yang akan diangkut setelah menurunkan muatan.
 
"Dari sisi bisnis, tentu mereka tidak akan terlepas dari rute mana yang akan dia lalui dan berapa banyak dibawa dan diturunkan. Ada komoditi raw material, betul itu di Cilamaya, tapi ada juga ritel produk yang hampir semua itu di Jakata ke sini, tidak akan mau ke Cilamaya. Itu beban-beban dari sisi biaya ekonominya," tambah Anang.
 
Selain itu, pelayaran internasional tentunya akan memperhitungkan barang yang akan diangkut setelah menurunkan barang. Kapal rute internasional tidak akan mau singgah di beberapa pelabuhan demi mencari barang yang akan diangkut mengingat besarnya biaya operasional.
 
"Pelayaran nasional dia akan melihat di mana drop kapal, tentu dia akan hitung berapa dia angkut dan berapa dia akan turun. Dia tidak akan mampu singgah di Priok, kemudian singgah lagi di Cilamaya kalau tidak ada muatan yang cukup," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan