"Jadi masih perlu diwaspadai perlambatan pertumbuhan KPR yang diikuti oleh penjualan korporasi publik sektor properti," ujarnya saat menjadi narasumber temu wartawan daerah Bank Indonesia di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (11/10/2016).
Sementara untuk penjualan properti residensial triwulan II- 2016 cenderung turun melambat dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
"Untuk risiko kredit properti cenderung meningkat dengan NPL per Juli 2016 tertinggi di kredit kontruksi 4,70 persen diikuti KPR 3,18 persen dan kredit jasa real estate 2,12 persen," tuturnya.
Ia menambahkan berdasarkan jenis KPR, NPL rukan tertinggi mencapai 3,98 persen di Juli diikuti NPL rumah tapak yang cenderung lebih tinggi dari NPL apartemen.
"NPL rumah tapak berkisar 2,73 persen- 2,97 persen. NPL rusun sekitar 3,16 persen," tambah dia.
Ke depan dikatakannya untuk penyempurnaan LTV perlu dilakukan secara proporsional dan terukur dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News