"Padahal industri kimia menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia yang mendukung kegiatan manufaktur utama dalam industri makanan dan minuman, otomotif, tekstil, farmasi, dan elektronik," kata Chairman & Managing Director Korn Ferry Indonesia Satya Radjasa, melalui keterangan resminya, Rabu, 21 Agustus 2019.
Satya menuturkan industri kimia juga merupakan penyedia solusi yang penting untuk berbagai tantangan global seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan degradasi lingkungan.
"Industri kimia di Indonesia yang sedang berkembang menghadapi tantangan terkait permintaan tenaga kerja dengan keahlian yang tepat. Kebutuhannya tidak hanya sebatas profesional saja, melainkan para profesional dengan keahlian industri yang tepat," lanjut dia.
Tak hanya di Indonesia, studi mereka juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah perusahaan kimia di Asia Pasifik juga mengalami kekurangan insinyur dan tenaga ahli bidang quality assurance, sementara itu lebih dari 40 persen perusahaan kesulitan merekrut tenaga ahli bidang Research & Development (R&D) dan bidang produksi.
"Khusus untuk Indonesia, hal ini menyebabkan proyeksi gaji pokok pada industri kimia di Indonesia meningkat sebesar 8,3 persen pada 2019 dibandingkan dengan industri pada umumnya. Angka ini juga merupakan yang tertinggi kedua di kawasan Asia Pasifik setelah India yang diproyeksikan sebesar 9,8 persen," papar Satya.
Berdasarkan riset, kontribusi industri kimia di Indonesia tercatat cukup pesat. Menurut Cefic Chemdata International 2018, penjualan bahan kimia Indonesia pada 2017 mencapai Rp693 triliun. Satya mengatakan untuk mempertahankan kinerja ini, dibutuhkan beberapa strategi.
"Diperlukan program untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan baku impor yang terkait erat dengan efektivitas biaya. Selain itu merekrut lebih banyak para profesional yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus meningkat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News