Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan hingga semester I-2019 industri batik baru menyumbang nilai ekspor sebesar mencapai USD17,99 juta. Padahal, Kemenperin menargetkan ekspor batik pada tahun ini bertumbuh 6-8 persen dari capaian pada 2018 senilai USD52,44 juta atau setara Rp734 miliar.
"Tahun lalu USD52 juta, ekspor kita agak menurun drastis ya, karena memang namanya batik ini, enggak semua batik semua produk menurun karena pasar dunia," kata Gati saat membuka pameran batik di gedung Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa, 24 September 2019.
Menurut Gati, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah perdagangan. Ia optimistis sektor ini akan kembali tumbuh seiring peningkatan inovasi di pengembangan industri 4.0.
"Dengan membaiknya pasar dunia pasti akan meningkat," ungkap Gati.
Hingga saat ini, ekspor batik masih terbatas hanya ke pasar negara tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang dan beberapa negara di Eropa. Pelemahan ekspor ini pun didorong untuk bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan penggunaan di dalam negeri.
"Dengan mengajak anak-anak muda pakai batik itu produksi batik bertambah besar," tuturnya.
Lebih lanjut, Gati menambahkan kegiatan pameran batik yang didukung Yayasan Batik Indonesia perlu terus digaungkan agar secara konsisten melestarikan batik. Kegiatan pameran dengan tema 'Membatik untuk Negeri' yang dilaksanakan mulai 24-27 September 2019 ini juga melibatkan kehadiran duta besar negara sahabat.
"Orang bule biasanya yang modelnya atau motifnya ribet-ribet itu enggak suka. Tapi ternyata memang indah dan bagus dan ini sebenarnya tepat sekali mengajak Dubes perwakilan suatu negara, promosi intinya," kata Gati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News