Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengungkapkan, jatuhnya harga karet dunia disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia. Pasalnya, karet sintentis menggunakan bahan baku minyak.
"Jatuhnya harga karet dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia dari USD100 per barel sekarang USD60 per barel," kata Unggul dalam konferensi pers di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jalan MI Ridwan Rais No 5, Jakarta Pusat, Kamis (9/4/2015).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, jatuhnya harga minyak dunia juga disebabkan oleh melimpahnya pasokan karet mentah sehingga menyebabkan kompetisi harga semakin tak bergairah. Seperti diketahui, suplai karet alam Indonesia ke dunia mencapai sebanyak 2,54 juta atau sekitar 82 persen dari produksi karet nasional sebesar 3,1 juta ton per tahun.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan, saat ini pihaknya terus menggenjot serapan penggunaan karet alam di Indonesia. Saat ini sendiri, serapan karet alam nasional hanya mampu mencapai 18 persen dengan angka sekitar 558 ribu ton per tahun.
"Maka itu, kita mendorong pembangunan infrastruktur nasional agar lebih diarahkan pembangunannya menggunakan karet alam. Sehingga harga karet mampu meningkat hingga USD3 per kg," pungkas Gusmardi.
Sebagai informasi, Indonesia merupakan pemasok karet alam terbesar ke-2 di pasar dunia dengan total produksi karet alam sebesar 3,1 juta ton dengan kontribusi devisa senilai USD4,7 miliar pada 2014. Namun saat ini, penyerapan produk karet di dalam negeri baru mencapai 18 persen, sementara di negara lain sudah mencapai 40 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News