"Kita bisa melihat dampak daripada korona ini sudah kelihatan dengan adanya penurunan impor yang berasal dari Tiongkok," kata Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Syarif Hidayat di Gedung Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Maret 2020.
Data Bea dan Cukai menunjukan devisa negara dari kegiatan impor atau nilai impor hingga akhir Februari 2020 mencapai USD463 juta atau turun 51,16 persen dibandingkan akhir Januari 2020 yang mencapai USD948 juta. Menurutnya penurunan devisa ini menunjukkan perlambatan impor.
"Terjadi penurunan itu pada akhir Desember, jelas liburan (akhir tahun) Desember. Kemudian turun lagi saat imlek. seharusnya dua minggu imlek rebound tapi sampai sekarang masih penurunan," jelas dia.
Sementara dari jenis barang yang diimpor, penurunan terjadi untuk sejumlah barang asal Tiongkok seperti mesin, tekstil, hingga handphone menunjukkan penurunan. Tercatat penurunan komputer asal Tiongkok hanya USD16,7 juta atau turun 80,14 persen dari akhir Januari 2020 yang mencapai USD84,1 juta.
Kemudian penurunan impor terbesar lainnya adalah tekstil dari dari USD136,1 juta di akhir Januari 2020 menjadi USD 56,8 juta di akhir Februari 2020 atau 58 persen. Selanjutnya impor semi manufaktur turun 31,53 persen dari USD57,4 juta menjadi USD39,3 juta pada akhir bulan lalu.
Untuk impor mesin asal Tiongkok hingga pekan terakhir Februari hanya USD139,7 juta turun 20,48 persen dibandingkan akhir Januari 2020. Sedangkan impor handphone asal Tiongkok tercatat hanya USD92 juta di akhir Februari 2020, turun sebesar 5,44 persen dibandingkan akhir Januari 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News